Showing posts with label perjalanan. Show all posts

Apa Kabar Covid-19?

Covid-19 Karantina Mandiri

Apa kabar Covid-19 di daerahmu?

Agaknya semakin mengkhawatirkan tapi orang-orang sudah mulai cuek. Benarkah demikian?
Banyak ternyata yang masih belum paham tentang virus ini. Sebagian paham namun berusaha 'santai' saja. Tidak sedikit yang cuek dan menganggapnya bukan persoalan serius.

Padahal di media massa, sebut koran dan televisi, saban hari tidak hentinya mengabarkan tentang Corona Virus. Memang kadang cuek itu perlu, tapi ya jangan bodoh. Harus bisa memilih mana yang harusnya memang dikonsumsi dan mana yang harusnya dijauhi.

Berita positif corona dari klaster Indogrosir menurut saya perlu disimak, terutama mereka yang selama ini sering belanja di tempat ini. Sama juga dengan klaster pabrik Sampoerna. Bukan untuk menakuti tapi waspada itu penting. Mengingat covid-19 ini penyebarannya sangat cepat pula banyak yang tidak terdeteksi alias orang tanpa gejala.

Apa kabar Covid-19 di daerahmu? 

Apakah orang-orang masih sering kumpul-kumpul? Masih sering nongkrong atau gosip gak jelas sambil ngemil di warung kopi? Atau justru ramai-ramai menghadiri penutupan sebuah tempat makan?

Ini sungguh-sungguh kebodohan yang kelewat manja. Ketika banyak orang bahkan berminggu-minggu tidak keluar rumah demi menjaga diri dan orang lain, sementara banyak kaum entah yang mendadak milih berhamburan keluar rumah demi mengenang masa lalu, katanya. Berjumpelan, berdesakan, saling senggol demi bisa say goodbye dengan tempat nongkrong yang katanya legendaris.

Ingin komen panjang, tapi saya kehabisan kata-kata. Agaknya percuma saja berkomentar. Lebih baik berdoa sajalah semoga semuanya terkendali dan aman. Walau diyakini banyak orang pasti ada satu dua bibit covid-19 di antara kerumunan tersebut.

Apa kabar Covid-19 di tempatmu?

Pagi tadi, setelah sekian tahun juta cahaya purnama akhirnya saya memberanikan tepatnya memaksa diri untuk keluar rumah. Biasanya saya hanya pergi ke sawah untuk antar jemput mamak. Tapi kegiatan ini sudah tidak rutin lagi sejak puasa. Agenda ke pasar nyaris sudah terhenti sejak dua bulan lalu karena isu covid-19. Padahal saya sangat senang lama-lama belanja di pasar.

Pagi ini ekspektasi saya sekonyong-konyong lumer. Jauh dari bayangan. Sejak keluar dari jalan kampung, saya langsung dihadang dengan jalan raya yang padat, hampir mirip awal tahun lalu. Bahkan untuk belok saja saya harus nunggu sedikit lama agar sepi.
Di jalan aktivitas juga lumayan padat, lebih-lebih ada acara perbaikan aspal jalan. Seperti jelang lebaran tahun sebelumnya. Jalanan macet bahkan ada sistem buka tutup.

Saya yang tadinya mau muter jalan sebentar, akhirnya hanya seperlunya saja. Tidak jadi keliling daripada kena asap dan lain-lain. Begitu juga saat lewat depan ATM. Niatnya ingin cek saldo (iya cek saldo aja bukan tarik tunai) ternyata antrean panjang. Saya urung menepi dan melanjutkan jalan.

Apa kabar Covid-19 di sekitar rumahmu?

Karena mamak juga mulai takut dengan covid-19 maka beliau juga jarang pergi jauh. Bahkan sudah rajin pakai masker padahal ngakunya gak enak kalau mulut hidung dibekap. Emang iya, jawab saya.
Karena mamak jarang pergi pergi jauh maka urusan belanja kebutuhan rumah saya yang pegang. Dan karena hari ini keluar rumah maka diputuskan sekalian belanja.

Lantas kagetlah saya. Ternyata pusat belanja grosiran yang dekat rumah mulai ramai. Mungkin efek jelang lebaran, orang-orang banyak belanja biskuit dan sirup juga minyak. Saya kira acara belanja lebaran juga memudar garagara covid-19, ternyata tidak.
Saya yang tadinya mau beli bahan-bahan kue belok cuma beli sirup dan kue kering. Dua itu yang bisa saya jangkau dengan cepat. Saya masih worry kalau harus berdesakan dengan pembeli lain. Memang tidak saling bersentuhan tapi tetap saja saya masih galauan.

Apa kabar Covid-19?

Sampai rumah saya kepikiran, kalau semua orang masih egois dan keluar rumah, kira-kira sampai kapan covid-19 akan bertahan di muka bumi ini? Rasanya seperti tidak adil. Kita yang berusaha terus menjaga diri sampai jenuh di rumah seolah dipecundangi oleh mereka yang santai keluar rumah setiap saat.

Mau mengadu pun bingung mengadu kepada siapa. PSBB saja banyak dilanggar. Aturan-aturan yang ditetapkan juga seolah tidak jelas sanksinya. Jadi banyak yang mengabaikan. Belum lagi kebijakan tidak boleh pulang kampung atau mudik tapi mendadak bus AKAP dipersilakan lewat lagi bahkan bandara mulai dibuka kembali. Hmmm sungguh ini membingungkan kalau tidak mau dibilang kurang tegas.

Kenapa masih banyak orang tidak peduli? 

Buat Apa Berkunjung ke Cagar Budaya Indonesia?

Buat Apa Berkunjung ke Situs Cagar BudayaIndonesia?

Oleh: Mini GK (Tri Darmini)

Satu hal yang kurang saya suka namun harus terpaksa sering saya lakukan, yaitu menunggu. Tarik napas dan hembuskan. Apa ada yang senasib dengan saya?

Biasanya untuk membunuh waktu (ya membunuh waktu bukan sebuah kejahatan) saya membaca buku. Seperti sore tadi. Hampir satu jam sudah saya menunggu sepupu yang janji mau ngajak jalan namun tidak jua ia muncul. Sementara lembaran buku yang saya baca sudah lebih dari lima belas halaman. Saya sedang membaca sejarah tentang Serangam Umum 1 Maret. Bukan kebetulan saya membaca buku yang memuat kisah tersebut melainkan sengaja sebab dalam beberapa hari kedepan ada tugas yang berkaitan dengan sejarah Serangan Umum 1 Maret.

Monumen Stasiun Radio AURI PC2
Saya hampir saja beranjak pergi tepat saat sepupu muncul di pintu.
“Jadi jalan?” tanyanya begitu berjarak sekian jengkal dari muka saya.
“Jadilah. Lama banget sih.”
“Tadi ada urusan sedikit. So, mau ke mana kita hari ini?”
“Ke monumen Radio AURI PC2 sekalian ke Cagar Budaya Bleberan.” Setidaknya dua tempat itu yang ada dalam benak saya sejak tiga hari lalu.
Sepupu saya melotot dan langsung berucap, “ngapain ke sana? Buat apa main ke cagar budaya?”

Saya mengerjap. Buat apa main ke cagar budaya? Pertanyaan itu membuat saya terdiam cukup lama. Apakah harus ada alasan khusus untuk main ke cagar budaya?
“Tapi kalau kamu mau ke sana, ayolah.”

Saya mengangguk. Lanjut dengan sepupu naik motor menuju daerah Bleberan Playen. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya butuh waktu 10 menit perjalanan santai untuk tiba di lokasi.

Situs Cagar Budaya Bleberan Saksi Peradaban Masa Megalitikum

Karena waktu yang sudah sore, saya minta untuk lebih dulu mengunjungi Situs Cagar Budaya Bleberan. Lokasinya jauh dari jalan raya. Harus masuk dan lewat pemukiman warga. Beruntung saya suka dengan suasana desa dan tegalan yang mengelilingi Situs Cagar Budaya Bleberan.

Pagarnya baru saja digembok saat motor saya tiba di lokasi. Petugasnya masih ada dan baru berbalik badan, maka buru-buru saya mendekat untuk minta waktu barang sejenak demi menengok koleksi benda sejarah yang ada dalam lokasi cagar budaya.
Cagar Budaya Situs Bleberan

Kalau orang yang tidak paham maka akan mengira kalau yang tergeletak di situ  hanyalah batu-batu biasa yang enggak ada sejarahnya. Itu kalau orang yang tidak paham, seperti halnya sepupu saya. Ia kebingungan saat menyisir lokasi dan yang dilihat hanya batu-batu tertata, seperti sengaja ditidurkan dengan obat bius.

Tempat ini sudah menjadi penampungan cagar budaya sejak tahun 1998. Dari sejarah yang saya baca, di daerah Bleberan inilah ditemukan menhir utuh dan insitu berukuran tinggi 408 cm, lebar 33 cm dan tebal 27 cm. 
Menhir yang saya tahu adalah sebuah batu tegak yang sering dipakai untuk ritual pemujaan pada masa megalitikum. Menhir biasanya ditancapkan tegak namun ada juga yang terlentang. Di Situs Cagar Budaya Bleberan ini ada 23 menhir, 1 buah kepala menhir, 28 peti kubur, 2 buah patok peti kubur batu dan 3 buah batu kenong. Sekarang saya setuju dengan para ahli sejarah dan arkeolog yang berpendapat bahwa daerah ini dulunya merupakan salah satu situs prasejarah di Gunungkidul.

Penampakan Situs Bleberan (20/11/2019) sedang dalam tahap renovasi
Saya jadi bertanya seperti apa kiranya peradaban masa itu berlangsung, mengingat saat ini. Saat ingin bertanya pada petugas, saya sedikit ragu soalnya waktu sudah sangat sore. Maka saya putuskan untuk esok datang lagi lebih siang. Baru kali ini saya mendatangi sebuah lokasi namun tidak merasa rugi meski tidak dapat apa-apa kecuali foto dan sedikit aura aroma masa lalu.
Meski tidak yakin paham tentang lokasi yang dikunjunginya namun sepupu tidak absen untuk berfoto ria dan bahkan membagikan video di ig-story.

Saya pamit pada petugas dan pindah lokasi ke Monumen Radio AURI PC2.

minigeka.com
Lokasi Radio AURI PC2

Kehadiran Radio AURI PC2 pada Serangam Umum 1 Maret

Tiba di lokasi, sepupu terlihat kaget.
“Ini beneran tempat bersejarah yang dimaksud dalam buku-buku?”
“Emang.”

Saya langsung ngeloyor masuk dan memotret monumen yang tidak seberapa tinggi tersebut.
Saya paham dengan keheranan sepupu. Ia mengira kalau situs sejarah yang sudah disahkan menjagi Situs Cagar Budaya ini bentuknya kuno, tampak angker dan seram. Saya yakin itu sebab sepanjang jalan tadi dia sudah menebak-nebak. Nyatanya salah, situs cagar budaya ini tampak begitu modern. Saya kira ini berkat pemugaran beberapa kali. Bahkan saya merasa lokasi ini terbilang riuh riang gembira sebab dikelilingi dengan bangunan TK yang lengkap dengan mainannya mulai dari ayunan sampai prosotan.

Inilah lokasi yang dulu pada 1 Maret 1949 berjasa menyebarkan berita bahwa pasukan Indonesia berhasil menduduki kembali posisi pemerintahan Ibu Kota Indonesia yang saat itu adalah Yogyakarta. Hal ini penting dan menguncang dunia. Sebab sebelumnya dikabarkan kalau Indonesia sudah jatuh ke tangan penjajah dan dianggap musnah. Nyatanya Indonesia masih jaya. Siaran dari radio AURI PC2 ini disebarkan hingga Sumatera dan akhirnya sampai di telinga PBB yang langsung mengambil tindakan tegas.

Pertama kali saya mendengar kisah tentang Radio AURI PC2 adalah sekitar tahun 2000an saat masih SMP. Saat itu guru Sejarah menyombongkan skripsinya yang membahas kesaktian Radio AURI PC2 dan mendapat nilai A. Jujur masa itu saya tidak begitu tertarik untuk ingin tahu lebih lanjut. Barulah akhir-akhir ini (itu juga karena didorong oleh kewajiban tugas) saya mulai membaca buku dan mencari tahu tentang peninggalan sejarah ini. Tidak disangka kemudian saya jatuh cinta.

Memang benar kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Lagian saya berpikir juga alangkah ruginya jika sampai tidak paham dengan situs cagar budaya satu ini padahal namanya sudah melegenda dan saya yakin sering dibahas juga di berbagai seminar sejarah.

Radio AURI PC2 tidak akan pernah luput dibahas dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Dan mendadak saya bangga dong sudah pernah mengunjunginya.

Situs Candi Plembutan, dari mitos sampai etos

Karena sudah sampai Bleberan, sepupu menyarankan agar perjalanan dilanjut ke situs Candi Plembutan. Lokasinya memang hanya berjarak satu kilo dari Monumen Radi AURI PC2, maka saya pun menyetujuinya. Lumayan untuk mengunjugi tiga situs sejarah hanya dibutuhkan waktu kurang dari 2 jam dan itu sudah puas kalau hanya sekedar melihat-lihat.

Sampai di Situs Candi Plembutan, saya langsung mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan beberapa sisa candi yang masih berserakan. Saya curiga candi ini dulunya lebih luas dibanding yang sekarang. Jangan bayangkan bentuknya serupa Candi Sewu atau Borobudur.  Kamu bahkan hanya akan menemukan gundukan tanah dan beberapa batu yang tertata dan sebagian berserakan. Saya tahu, batu-batu ini adalah penyusun candi yang tengah dikumpulkan dan diobservasi sama tim cagar budaya. Saya pernah melihat hal ini di beberapa candi yang pernah saya kunjungi (dalam rangka belajar sejarah). 

Cagar Budaya Candi Plembutan
Kalau penyusunan candi belum dijalankan, ada kemungkinan banyak bagian candi yang hilang. Atau bisa jadi diambil oleh warga (yang mungkin tidak paham kalau itu bagian candi) karena bentuk batunya sekilas emang sama saja dengan batuan yang lain.
Dulu pernah juga saya diajak keliling oleh komunitas penyuka sejarah dan dari mereka saya tahu kalau batu-batu penyusun candi bisa  hanyut di sungai terbawa arus. Ada juga penduduk yang karena tidak paham jika itu batu candi memakainya untuk pondasi rumah atau malah bahan meterial penyusun rumah.

Konon sebuah rumah yang dibangun dengan memakai batu atau bagian candi bakal tidak tenang. Saya antara percaya dan tidak. Antara mitos yang beredar bakal terjadi masalah dan etos para penduduk yang sengaja ingin menyimpan barang bersejarah tersebut tanpa ada niat yang lain.

Walau sepi dan sempit, situs Candi Plembutan tampak bersih dan terawat. Lokasinya juga mudah dijangkau pula tidak tampak seram. Saya sih betah berada di sini. Bahkan berlama-lama pun tidak masalah. Situs ini sendiri punya sejarah cukup panjang. Yang saya datangi ini merupakan reruntuhan bangunan candi yang berasal dari periode klasik Hindu Budha. Para pakar memperkirakan kalau situs ini sudah ada sejak abad ke-6 hingga ke-10 Masehi.


Pemetaan pada situs ini pernah dilakukan pada tahun 1982 (saya belum lahir, omong-omong). Lantas para arkeolog melakukan ekskavasi dua kali yaitu pada tahun 1997 dan 2000. Ekskavasi tahun 1997 ditemukan fragmen Yoni, arca berbentuk trisula, arca Siwa Mahaguru serta mata uang VOC dan Hindia Belanda. Lantas ekskavasi berikutnya berhasil menemukan umpak batu, hiasan Ardha Candrakapala, fragmen tangan dengan keyura, arca Ganesha, mata uang VOC dan Belanda juga gerabah. Sangat sarat dengan sejarah kekayaan masa lalu.

Dari sisa reruntuhan dapat diketahui kalau Candi ini dulunya menghadap barat, dibangun dengan material batu putih dan memiliki denah bujur sangkar. Banyak yang meyakini kalau bangunan ini dulunya merupakan bangunan suci penganut agama Hindu.

Saya sangat ingin agar kelak ada yang bisa mencocokan batu-batuannya dan menyusun ulang. Kebayang seperti apa gagahnya peninggalan sejarah ini.

Buat apa main ke Situs Cagar Budaya?

Sebelum pulang, saya kembali teringat pertanyaan sepupu. Saya masih agak blenk dengan jawaban saya sendiri sampai akhirnya di rumah menyusun beberapa jawaban yang bisa bertambah sewaktu-waktu.
Maka jika ada yang bertanya mengapa harus ke situs cagar budaya, setidaknya saya punya 3 jawaban:
Pertama, untuk mengenal sejarah dan peradaban. Bukan untuk orang lain tapi untuk pengetahuan saya pribadi.

Kedua, tentu saja untuk membangkitkan rasa cinta dan memiliki. Sebab setelah kenal biasanya akan timbul rasa mencintai dan nyaman.

Ketiga, menumbuhkan rasa untuk ingin selalu merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya tersebut. Ya bayangin aja seandainya situs cagar budaya semacam situs Candi Plembutan tidak dirawat, gimana bisa saya menemukan fakta yang pernah ada dan terjadi di sana. Begitu pun dengan Radio AURI PC2, masak iya cuma sekadar tahu namanya saja tapi tidak mengeri bentukannya. Cagar budaya harus selalu dirawat dan didengungkan keberadaannya biar tidak jadi sesuatu yang usang dan atau malah musnah. Anggap saja dengan merawatnya, kita sudah ikut menghargai dan membuat tersenyum para pejuang masa lampau yang mewariskan hal luar biasa untuk kita dan penerus kita kelak.

Saya baru sadar kalau selama di lokasi tidak banyak foto diri dengan latarbelakang situs cagar budaya dan saya merasa nyaman.
Agaknya memang benar kata kenalan saya bahwa mendatangi sebuah tempat jangan hanya karena napsu ingin selfie atau foto-foto melainkan usahakan untuk mencari rasa dan pengetahuan yang belum tentu bisa ditemukan di lokasi lain.
Saya terharu akhirnya bisa juga menulis kisah yang beraroma sejarah dan budaya.

Kisah ini memang tidak seberapa tapi saya meniatkan tulisan ini untuk ikut kompetisi “Blog Cagar Budaya Indonesia: Rawat atau Musnah!”

Pengundian Voucher Umroh Innside Hotel

Voucher Umroh

Ramadhan emang udah berlalu dengan manis. Tapi bukan berarti berkahnya hilang.

Waktu Ramadhan kemarin Gadis Anggun main dong ke Innside Yogyakarta buat buka bersama dong. Kebetulan di Innside ada acara Bukber Dahsyat yang berhadiah voucher umroh.

Nah bulan ini ada acara pengundian voucher umroh tersebut. Alhamdulillah telah terpilih sang beruntung.
Selain ada voucher umroh juga ada pembagian voucher menginap.

Voucher umroh ini kerjasama antara Innside Yogyakarta dengan Rezeki Tour and Travel.

Deg-degan juga waktu pengundian, antara berharap dan sangat berharap.
Akhirnya voucher umroh itu jatuh ke seorang mas-mas dari Bantul bernama Firman Setyo Nugroho.


Dhasi Renk

Dj yang akan menemani makan siang

Selain datang untuk melihat pengundian voucher umroh, kemarin Gadis Anggun datang ke Syndeo Cafe untuk menikmati menu makan siang.
Pilihan minuman

Innside mulai tanggal 16 Juli punya menu baru untuk makan siang dengan tema Dhasi Renk (Dhahar Siang Barenk).

Yaitu semacam menu ala prasmanan yang bisa dinikmati setiap Senin sampai Jumat. Menunya macam-macam dan all you can eat only 78k net.

Sebagai Gadis Anggun senang banget ketemu menu yang enak-enak. Paling juara ya penyetan. Sotonya juga sangat enak banget. Ada soto Betawi, soto Kudus, rawon, aneka pasta dan seafood.
Chef Nur

Sea food
Kerang
Add caption

Membumikan Al-Quran dari Rumah Syaamil Qur'an

RUMAH SYAAMIL QUR'AN

Lega itu setelah menemukan kubah masjid setelah sekian kali putar balik sana-sini. Saya harus ucapkan terimakasih untuk masyarakat Pogung yang sudah berbaik hati memberi tahu alamat yang saya tuju.
Ilmu GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) memang paling mujarab untuk menemukan sebuah lokasi.

Jadi ceritanya kemarin lewat Komunitas Blogger Jogja ada undangan untuk hadir di acara Penyerahan Hadiah Juara Umum MTQ Syaamil.

Awal mendengar nama "Syaamil" di undangan membuat saya langsung teringat pada sebuah penerbit dan percetakan yang sudah sangat familiar namun belum pernah saya datangi.
Lantas kata "MTQ" otomatis membuat pikiran ini melayang jauh ke lantunan ayat suci Qur'an nan merdu yang menggema seantero raya.

Maka tidak ada alasan bagi saya untuk menolak undangan menghadiri acara berfaedah ini. Selain 'kulak' cerita maka bertemu dan berkenalan dengan orang baru adalah bonus yang selalu saya rayakan dengan suka cita.

MTQ SYAAMIL

Ternyata MTQ Syaamil di sini adalah acara yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh PT. Sygma Examedia Arkanleema atau biasa dikenal dengan Syaamil Qur'an.
Sesuai dengan dugaan saya hari sebelumnya, tenyata Syaamil di sini adalah Syaamil yang selama ini saya maksud, yaitu percetakan dan penerbitan di daerah Bandung.

Target peserta  MTQ Syaamil ini adalah anak-anak usia produktif atau kata lain mulai tingkat SD sampai dengan SMA. Alhamdulillah peserta yang ikut sesuai bahkan melampaui target yang diinginkan. Sebuah kabar baik tentu saja mengingat anak-anak sekarang 'banyak yang kurang perhatian' dengan acara MTQ.

Itu juga yang menjadi alasan Syaamil Quran menarget usia generasi muda dalam lomba kali ini dengan tujuan agar generasi muda masa kini tumbuh dengan iklim islami dengan jiwa qurani, berprestasi serta semakin mencintai Al Qur'an.

Mekanisme lomba MTQ Syaamil kalo ini dengan cara mengirim lomba video murottal. Dibagi menjadi dua kategori, kategori anak dan remaja.

Tahun ini menjadi tahun pertama lomba MTQ Syaamil. Niat awalnya acara akan diadakan di Bandung dengan mengumpulkan perwakilan peserta dari seluruh Indonesia, namun karena Syaamil Quran sedang dalam tahap renovasi maka digantilah sistemnya dengan 'hanya' mengirim video peserta lomba.

Panitia acara menargetkan lomba MTQ Syaamil berikutnya akan lebih baik dan lebih terstruktur dari lomba yang sekarang.

MTQ Syaamil berlangsung dari tanggal 17 Mei sampai dengan 10 Juni 2018. Dari tahap pengumpulan video sampai penentuan juara. Total peserta mencapai 163 peserta. 134 kategori anak dan 29 remaja.

25 Juni 2018 juara telah diumumkan dengan hasil sebagai berikut:
A. Juara Kategori Anak
     Juara 1 : Dandan Nir Ruasji (Sleman Jogja)
    Juara 2 : Salsabila Tirta Adyani (Sukoharjo)
    Juara 3 : Melkya Khailana Tantri (Sampang)

B. Juara Kategori Remaja
     Juara 1 : M. Aiden Herlambang (Malang)
     Juara 2 : Hajratun Nisa' (Tebing Tinggi)
 Juara 3 : Muhammad Hanif Ibadurrahman (Panghegar)

C. Juara video kreatif
     Diraih oleh Rumah Syaamil Qur'an Sleman

D. Juara umum
    Diraih oleh Rumah Syaamil Qur'an Sleman

Perlu diingat bahwa pendaftaran semua peserta yang mengikuti acara MTQ Syaamil hanya berasal dari Rumah Syaamil Qur'an. Tidak harus anak didik Rumah Syaamil, tapi wajib daftar lewat Rumah Syaamil.

Pertanyaan selanjutnya, apa dan di mana itu Rumah Syaamil Qur'an?

RUMAH SYAAMIL QUR'AN

Rumah Syaamil Quran yang selanjutnya dalam postingan ini akan saya singkat jadi RSQ  adalah mitra dari Syaamil Qur'an, yang tidak hanya berdiri menjadi satu outlet resmi distributor produk Syaamil Qur'an namun juga sebuah 'rumah' yang punya fungsi sebagai tempat belajar (manfaat) bagi masyarakat sekitar.
Sampai postingan ini tayang, saya mendapat bocoran bahwa RSQ ini sudah ada 141 unit tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Dari Aceh sampai dengan Makassar dan NTT. Insyaallah menyusul dalam waktu dekat di Papua (saya berdoa semoga diajak saat launching RSQ di Papua. Aamiin kenceng. Aamiin)

Anda baru paham atau baru dengat tentang RSQ? Sama, saya juga. Alhamdulilah saya juga langsung bisa berkenalan dan sowan ke salah satu RSQ. Sebab acara penyerahan hadiah MTQ Syaamil kemarin kebetulan ada di salah satu RSQ yang ada di Jogja.

Bicara tentang MTQ Syaamil berarti juga membicarakan tentang kiprah Rumah Syaamil Qur'an. Rumah Syaamil Qur'an Sleman adalah yang sudah saya kunjungi.

RUMAH SYAAMIL QUR'AN SLEMAN

Untuk sampai di halaman RSQ Sleman sebenarnya tidak terlalu sulit. Letaknya hanya berada di Utara kompleks Fakultas Teknik UGM atau baratnya Jalan Kaliurang. Tepatnya ada di Pogung Dalangan 27b, Sinduadi, Melati, Sleman. (pas di depan masjid Pogung Raya).

Tapi memang dasarnya saya ini Gadis Anggun rajin tersesat, jadilah saya tersesat ke empat masjid dulu untuk akhirnya bisa leyeh-leyeh berfaedah di dalam RSQ Syaamil.

Di RSQ Syaamil inilah saya bisa ikut acara penyerahan hadiah hasil MTQ Syaamil, bertemu dengan teman-teman dari Sygma Bandung dan tentu saja kenalan dengan Ibu Ully Theristawati yang tak lain dan tak bukan adalah pengampu RSQ Syaamil.

Seperti yang sudah saya sebut di atas bahwa syarat utama berdirinya RSQ adalah tempat tersebut bisa memberi manfaat masyarakat sekitar maka RSQ Sleman ini juga punya kegiatan yang bermanfaat bagi warga.

Menurut cerita Bu Ully, RSQ Sleman ini berdiri sudah sekitar 3 tahun.
Awal berdiri karena Bu Ully punya cita-cita membuat rumah belajar masyarakat. Beliau berharap agar ibu-ibu rumah tangga juga bisa berbisnis di rumah sekaligus bisa langsung memegang (mengawasi) anak.

Sebagai perempuan lajang (yang mendamba jadi ibu kesayangan anak-anak suatu hari kelak) saya merasa telah tepat berkunjung ke RSQ Sleman sebab di sini Ibu Ully mengembangkan banyak kegiatan yang melibatkan ibu dan anak(balita)nya.

RSQ Sleman melaksanakan program kegiatan pembekalan Qur'an. Mulai dari baca, tulis, hafal, tafsir serta kajian Al Qur'an.

Kegiatan di RQS Sleman yang sedang digalakkan sekarang ini adalah TABUBA, TALIA dan TAMIMAH.

TABUBA, TALIA, TAMIMAH? Apa pula ini? Pasti penasaran, kan?

 TABUBA ini singkatan dari Tahfidz ibu dan balita. Jadi kegiatan ini diikuti oleh ibu berserta balitanya (usia 1-5tahun). Biasanya dilaksanakan seminggu 2 kali durasi dua jam mulai pukul 9.00.

Kegiatan ini WAJIB diikuti balita dan ibunya sebab tujuannya adalah mendekatkan ibu dan balita. Berharap ibulah yang akan mengajarkan Qur'an dan kebaikan-kebaikan kepada anaknya.
Tabuba beda dengan PAUD atau tempat penitipan anak. Jadi benar-benar kegiatan ibu dan balitanya.
Biasanya balita akan belajar hafalan mulai juz 30, belajar huruf Hijaiyah, membaca dongeng bersama ibu sampai acara tanya jawab yang menyenangkan.

Jujur saya terharu dengan kegiatan yang mendekatkan ibu dan anak seperti ini.
Ibu Ully juga memberi kelas seputar rumahtangga dan parenting kepada ibu-ibu yang ikut kegiatan ini.
*Duh saya jadi semakin ingin segera menikah (sama siapa?)

TALIA singkatan Tahfidz Belia, yaitu anak-anak usia 6-12 tahun.
Di sini juga seru. Anak-anaknya manis dan lucu (bukan gula-gula ya). Saya gemas ketemu anak-anak ini, jadi ingin bungkus dan bawa pulang.

TAMIMAH singkatan Tahfidz dan tahsin muslimah. Kegiatan ini sangat baru dan belum berjalan dengan sempurna. Semua berharap agar kegiatan ini terus berlanjut mengingat penting dan penuh manfaat.

Saya pribadi bersyukur bisa berkunjung sekaligus mendengarkan banyak cerita dari RSQ dan Syaamil Qur'an. Semakin bahagia pas baliknya dapat "seserahan" musaf keren (yang mungkin kalau harus beli sendiri entah kapan akan membelinya).

Berkali-kali melihat video sang juara membuat saya bergetar betapa anak-anak ini luar biasa, tidak hanya membuat bangga orangtua tapi juga kelak di surga insyaallah akan memberi mahkota cahaya untuk orangtuanya.

Semua (sebagian besar) orangtua pasti berharap anak-anak menjadi penghafal Qur'an. Semoga dengan kegiatan MTQ Syaamil dan juga keberadaan Rumah Syaamil Qur'an semakin mendekatkan kita (saya) pada Qur'an. Salah satu cara membumikan Al-Quran.

Mengenal Spirit Dompet Dhuafa


Dompet Dhuafa Yogya

Jika cerita adalah salah satu cara untuk mengingat sebuah moment, maka kali ini izinkan saya bercerita. (Mini GK)

Ini kali pertama saya mendapat undangan dari Dompet Dhuafa. Telah lama saya mendengar nama Dompet Dhuafa, bahkan salah satu kenalan saya bekerja di sini.

Acara 22 Januari kemarin membekas dalam benak saya. Lokal Resto menjadi saksi untuk pertama kalinya saya jumpa dengan orang-orang di balik Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Okey, sebelum hari itu yang saya tahu tentang Dompet Dhuafa adalah tempat (organisasi) yang punya tugas menerima dan mengelola infak dan zakat dari masyarakat. Mohon maaf untuk pengetahuan saya yang hanya sebatas itu. Bahkan tak ada seujung kuku.

Barulah setelah mendengarkan pemaparan dari pihak Dompet Dhuafa, pemahaman saya sedikit, sekali lagi sedikit, lebih maju dibanding sebelumnya.

Dompet Dhuafa berdiri tidak hanya di Yogyakarta tapi juga tersebar hampir di berbagai wilayah Indonesia.

Khusus di Yogyakarta, Dompet Dhuafa terlahir atas dasar rasa ingin membantu korban bencana. Dompet dhuafa DIY lahir tahun 2006. Kita ingat tahun itu DIY dilanda duka gempa bumi. Karena tergerak untuk membantu para korban bencana, maka dibentuklah Dompet Dhuafa Yogyakarta.


Spirit Dompet Dhuafa


Selanjutnya, dompet dhuafa tidak hanya berhenti sebagai teman para korban bencana. Lebih luas ia menggandeng menggandeng masyarakat untuk mengembangkan usaha. 
Dalam menjalankan kegiatannya, Dompet Dhuafa melibatkan banyak lapisan masyarakat dengan prinsip kesetaraan. Lembaga atau komunitas mulai dari yang kecil hingga raksasa diperbolehkan ikut aktif dalam segala kegiatan.

Secara periodik Dompet Dhuafa juga membuka peluang saling tukar pengetahuan dengan prinsip sharing demi meningkatkan kapasitas bersama.

Dompet dhuafa tidak berhenti sebagai organisasi 'pengumpul' zakat, melainkan juga membuka diri sebagai mitra pendamping bagi usaha masyarakat.
Mereka yang punya usaha mandiri atau sedang merintis usaha rumahan dan terkendala berbagai hal bisa mengontak dan bekerjasama dengan dompet dhuafa.

Sampai hari ini telah banyak usaha mandiri yang terlahir dari binaan Dompet Dhuafa.
Semoga ke depan usaha-usaha kecil menengah ini bisa menjadi bisnis raksasa yang menguntungkan banyak masyakarat.

Saya lantas berfikir, usaha apa yang sekiranya bisa saya jalankan? Siapa tahu dompet dhuafa berkenan menjadi mitra dan teman di segala suasana.



Berkunjung ke sentral Batik

Terima kasih saya ucapkan kepada Dompet Dhuafa yang telah mengajak #piknikpintar (istilah yang saya gunakan) ke sentral pengerajin batik.

Jujur sudah beberapa kali saya mengikuti tour atau piknik ke pengerajin batik. Namun untuk datang ke Berkah Lestari, ini baru pertama kalinya. 


Berkah Lestari yang beralamatkan di Giriloyo, Wukirsari Imogiri ini adalah sentral pengerajin batik yang merupakan dampingan dari Dompet Dhuafa Yogyakarta. 

Batik dan segala proses yang membersamainya selalu menarik rasa keingintahuan saya. Bagi saya, batik bukan hanya sekedar warisan budaya yang begitu mahal dan Adi luhung, lebih dari itu Batik adalah sebuah bentuk nyata sebuah perasaan. Di sana ada rasa, perjuangan, seni dan sejarah.

Menikmati Keromantisan Kopi Tirana Kitchen





Segenggam cerita

"Apa sih yang kamu dapat dengan ikut kumpul kumpul bahkan dari jauh?"

Sudah terlalu sering saya menerima pertanyaan dengan redaksi serupa.

Kopi dan Saya

Jika ditanya tentang ritual ngopi, maka saya bisa bercerita panjang panjang.

Kopi adalah sebuah cerita. Saya memang bukan penggila kopi tapi hanya seorang gadis yang sesekali mencicip kopi dengan berisik. Yoha, saat mencicip kopi maka mulut saya akan terus-terusan bertanya ini itu pada barista yang sedang melayani.

Jika ingat hal itu, kadang kala saya merasa bersalah; udah banyak tanya, minum kopinya yang paling murah. #ehe

Untungnya barista di Tirana Kitchen sabar dan ramah-ramah, sambil senyum mereka meracik pesanan sekaligus bercerita banyak hal tentang yang saya tanyakan.

Nongkrong Cantik

Jadi ceritanya saya sedang ingin refreshing karena habis sakit. Kebetulan banget, teman teman ngajakin nongkrong cantik di sebuah kedai kopi yang baru saja buka di Jalan Suryodiningratan. Saya kenal banget dengan kedai kopi ini. Tepatnya saya sudah sering main ke kedai kopi ini sejak zaman masih menjadi butik. Sekarang memang masih ada butiknya, dan ditambahin kedai kopi. 

Enak banget deh, sambil belanja baju bisa sekalian ngopi cantik.

Saya tiba di Tirana Kitchen satu jam dari jadwal janjian. 

Begitu pintu dibuka, tercium aroma kopi yang serta Merta membawa saya pada suasana melankolis. Entah apa sebab yang jelas aroma kopi selalu menerbitkan keromantisan.
Sembari menunggu teman teman, saya ngobrol sama Mbak Nunuk dan Abel; owner Tirana Kitchen. Kami ngobrol berbagai hal karena memang sudah saling kenal.

Percayalah, seharian di Tirana Kitchen pasti betah. Entah sendiri atau bersama teman, suasana mendukung. Jika bosen ngobrol, kita bisa baca baca buku yang ada di rak khusus buku. Atau mungkin nonton pameran yang sedang berlangsung. Iya, selain rumah fashion dan kedai kopi, Tirana juga merupakan tempat seni. Berbagai acara seni sering digelar di sini.
Saya tidak pernah keberatan dengan sajian kopi, malah saya berharap bisa meroasting dan menggiling kopi sendiri suatu hari nanti.
Teman teman datang sedikit terlambat dari waktu janjian. Tapi tidak apa apa, saya jadi punya kesempatan untuk menjelajah Tirana Kitchen semakin dalam.

Dari penjelajahan itu saya menemukan beberapa fakta menarik. Salah satunya adalah bahwa Tirana Kitchen menggunakan 'barang bekas' untuk beberapa hiasan dan gelas minumnya. Mbak Nunuk membenarkan jika Tirana Kitchen memang sengaja memanfaatkan 'barang bekas' menyulapnya menjadi barang baru dan berdaya guna.

"Iya gelas ini recycle botol bekas. Kami sengaja pesan botol khusus dari hotel hotel di Bali. Jadi meski 'barang bekas' sejatinya botolnya tidak sembarangan. Yang jelas higienis."

Selain gelas yang menarik, saya juga tahu ternyata menu menu yang ada di Tirana Kitchen bukan hanya kopi, tapi ada berbagai cemilan ringan dan teh.

Menu di Tirana Kitchen

Bagi saya, racikan kopi di Tirana Kitchen cukup untuk menyenangkan lidah. Kebetulan saya mencicipi beberapa kopi; saya memang enggak bisa diam kalau sudah ketemu kopi.


Berburu Matahari di Sleman


#ayokeSleman

Menyenangkan itu kalau ada yang nawarin piknik bareng-bareng. Saya sudah membayangkan suasana yang menyenangkan, seru dan tentunya kenalan-kenalan baru.

Kamis (19/10) kemarin saya diajak keliling obyek wisata baru di Sleman. Ada sekitar 20 orang yang diajak, terdiri dari blogger dan potografer. Kami memakai Rich Hotel sebagai titik kumpul, namun karena saya terlalu jauh jika harus ke sana, saya memilih untuk menunggu di Tebing Breksi. Sekalian aja saya nenda di Breksi secara sudah berhari-hari berkegiatan di Breksi. Sudah macem pahatan batu saja.

Janjian ketemuan di Breksi sekitar pukul 13.00, ternyata saya datang lebih awal dibanding teman-teman yang lain. Ketika saya tiba, belum ada orang yang saya kenal kecuali Kakak Arif dari Shiva Valley pengelola Jeep. Saya mah kalau perkara piknik pantang buat telat.
Saya menunggu di Breksi sembari menikmati pemandangan Breksi yang kokoh.

BREKSI

Banyak yang mengira jika Breksi hanyalah batu raksasa yang dipahat sedemikian hingga dan akhirnya menjadi sebuah tempat wisata.
Salah. Breksi yang terlihat itu sesungguhnya adalah saksi sejarah. Memang benar jika saat ini kita melihat Breksi sebagai batu raksasa icon wisata. Namun lebih dari itu semua, Breksi adalah sejarah dan bukti jika zaman dulu daratan Jawa adalah lautan.

Jika mau meneliti lebih jauh, tengok guratan-guratan yang ada di batu Breksi. Berhenti untuk mendatangi Breksi hanya demi foto selfie. Sesekali datanglah untuk meneliti, mengenal sejarah dan melindungi warisan leluhur.
Sebelum ke Breksi ada baiknya jika baca-baca dulu tentang literatur bebatuan. Agar bisa lebih memahami dan merasa memiliki sesuatu yang sangat berharga.

Sebelum jadi tempat wisata, dulunya Breksi dipakai warga untuk mencari penghasilan dengan cara menjadi penambang batu. Seiring banyaknya penelitian ternyata batuannya mengandung bahan vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran, maka resmilah daerah ini menjadi cagar budaya yang wajib dilindungi. Sadar akan hal itu, penduduk pun berhenti menambang dan atas inisiatif banyak pihak jadilah Breksi menjadi tempat wisata dengan tebingnya yang kokoh dan pemandangan yang memukau dari tebing.
Jika sedang di Breksi kita bisa melihat panorama kota Yogyakarta yang memukau dari ketinggian.

Perlu pula diketahui jikalau sudah sampai Breksi ada baiknya mengambil jalur tour selanjutnya. Biar pikniknya lebih berfaedah.

Kemarin Kamis saya enggak nyangka banget jika akan diajak piknik ketiga tempat sekaligus. Plus bonus pikniknya ditemani Bapak Bupati Sleman. Nah kan, asyik bin pengalaman yang mungkin akan sulit terulang.

Saya dan teman-teman naik Jeep dari Breksi ke Watu Payung lalu ke Bukit Teletubbies lalu mengejar sunset di Bukit Klumprit.

Watu Payung

Sebagai #DutaDamai saya enggak asing lagi dengan tempat wisata satu ini. Letaknya ada di atas Candi Ijo. Kalau dari Tebing Breksi kira-kira sepuluh menit naik jeep.
Tempatnya syik, hijau dan damai. Dari atas bisa menyaksikan pemandangan di kejauhan yang tampak hijau.
Tempat yang wajib dikunjungi oleh mereka mereka yang selama hidup sudah capek melihat gerumbulan gedung dan kemacetan jalan.
Kalau saya ke sini, bawaannya pingin nyunggi tenda dan bermalam sampai beberapa hari. Adem banget jadi wajib bawa jaket.

Disebut Watu Payung karena ternyata ada sau batu besar banget yang posisinya semacam payung gitu, penyangganya kecil namun batunya kokoh.

Kalau lagi main ke sini hati-hati ya jangan sampai merusaknya.
                                                                      

Bukit Teletubbies                                                                 

Bukit ini lucu dengan taman kecil yang hijau. Dari sini kita bisa melihat rumah Teletubies, rumah Dome yang bewarna-warni. Dome itu dibangun menyerupai rumah di kartun teletubies. Usianya sudah sepuluh tahun lebih. Saat ini ada sekitar 30 unit rumah. 20 dihuni penduduk, sisanya merupakan kantor, home stay dan tempat pertemuan.

Dulunya rumah ini dibangun untuk menampung warga yang kena gempa dahsyat 2006 silam. Bangunannya dibangun oleh bantuan luar negeri. Hari ini selain sebagai tempat tinggal, daerah ini juga sebagai tempat wisata.

Bukit Klumprit

Saya harus berjalan dari tempat parkir jeep menuju Bukit Klumprit.
Saya tidak masalah karena sudah menyiapkan kostum sesuai dengan keadaan alam, saya sudah mikir bakal piknik di gunung maka harus siap-siap. Saya aman, teman-teman saya aman, Pak Bupati tidak terlalu. Pasalnya beliau memakai seragam Kamis Pahingan, yaitu surjan jarik berikut selop. Ya bayangin aja gimana susahnya naik gunung dengan alas kaki berupa selop.

Namun nyatanya beliau bergembira seperti yang lain.
Kalau saya mah setiap saat juga bergembira.

Tiduran di atas batu raksasa menghadap langit dengan ditemani angin sore sungguh menyenangkan. Rasa-rasanya saya malas kalau disuruh bangkit lagi.
Saya datang habis ashar, masih agak sore dan harus menunggu sampai matahari terbenam. Tujuan utama tentu saja sunset.
Apa pun pokoknya demi sunset.

Awalnya saya bahagia saja karena cuaca cukup hangat, nyatanya semakin petang udara semakin lembab. Tangan saya berubah keriput jika tidak beraktivitas. Tempat ini menyenangkan dan jauh dari polusi, kecuali beberapa plastik yang merusak pemandangan. Pohon-pohon berjajar cukup apik.

Ada beberapa penduduk yang mencari rumput di sekitaran bukit. Saya bertanya-tanya di mana kira-kira mereka tinggal secara begitu tingginya tempat ini. Saya jadi mikir dong seberapa besar perjuangan ibu-ibu pencari rumput tersebut.

Yang jelas kalau sudah sampai Breksi jangan lupa untuk keliling tempat wisata yang lain. 
Berburu sunset dengan suasana tenang memang cocok di Bukit Klumprit. Jika mau berinstastory jangan khawatir karena tempat ini terjangkau sinyal 4G.

Jika ingin mnyewa Jeep, ada baiknya saya kasih tahu tarifnya:
- jarak pendek 200 ribu dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam.
- jarak medium butuh biaya 300 ribu dengan waktu tempuh dua setengah jam.
- jarak jauh sekitar 400 ribu dengan waktu tiga jam.
 
                                                                                
 

Jelajah 4 Museum Dalam Waktu 4 Jam


Jelajah 4 Museum

Abu-abu langit pagi itu membuat saya sedikit gelisah. Siang nanti ada janji bersama teman-teman Genpi untuk ikut acara Malam Museum. Jika abu-abu di langit berubah menjadi titik-titik yang selama ini dirindukan tanah, maka saya bisa apa?

"Kamu ke kota jam berapa?" pesan dari kawan yang hendak berangkat bersama.
Saya masih mikir-mikir. Ponsel di tangan terayun manja. Harusnya saya sudah ada di kota sesuai rencana jauh hari. Nyatanya saya masih di rumah bahkan mandi saja belum.

"Mungkin jam 12 aku baru berangkat dari rumah. Aku enggak jadi nonton."
"Okey. Semoga enggak hujan. Jogja tadi pagi hujan."

Cap cip cup, kota sudah diguyur hujan, tinggal menunggu angin sampai hujan itu merambati pekarangan rumah.
Saya lekas siap-siap, karena jika telat sedikit saja atau jika saya keluar rumah lebih lambat sepuluh menit dari rencana awal maka sudah diperkirakan jika di jalan akan ugal-ugalan. Saya benci saya yang dalam kondisi ini. #malahcurhat


Well, saya ini orang yang enggak peduli dengan omongan orang lain bahwa weekend itu identik dengan piknik. Saya mah kapan aja piknik hayuk ajah. Mau ramai-ramai atau solo juga hayuk. Tapi kalau ada yang bayarin itu lebih baik lagi. Paket komplit itu piknik sambil kerja dibayarin ramai-ramai dan ketemu pria tamvan. #halah

Menanam Cerita di Halaman Sastra FKY 29


Angin begitu ganasnya ketika saya mulai mengambil kata pertama dalam cerita kali ini. Ada gigil yang saya rasa usai bermotor dengan jarak hampir satu setengah jam perjalanan. Radio Buku halaman sastra FKY 29
Festival kesenian Yogyakarta selalu menghadirkan konsep menarik setiap tahunnya. Kali ini bertajuk 'umbar Mak byar', istirahat untuk lebih gemilang. Salah satu agenda dari FKY yaitu Sastra FKY. Radio Buku / Indonesia boekoe menjadi tuan rumah yang nyaman, ramah dan ngangenin. Halaman ditata apik untuk memberi senyum kepada pengunjung.

Saya hadir di saat pembukaan dan penutupan. Sempat salah tingkah saat sampai di halaman Radio Buku, sebab ketika tiba, sudah banyak orang yang berkumpul. Hari itu pembukaan diisi dengan dongeng dari pendongeng asli Yogyakarta yang sudah go internasional.

Karena bangku sudah penuh, saya memilih berdiri di depan panggung utama demi melihat penampilan Kak Arif Rahmanto yang baru saja bersiap dengan mikrofon. Tak disangka, beliau melambaikan tangan ke saya dan melempar senyum. Saya pun menyambutnya dengan hangat.

Lantas, cerita itu berlanjut ketika dari arah belakang sang aktor utama dalam "Istirahatlah Kata Kata" sang Wiji Thukul, mendadak mendatangi saya lantas memberikan bangku kosong yang tadi diangkatnya dari bawah pohon mangga.
"Duduk."
"Terima kasih," ucap saya karena enggak tahu harus bilang gimana lagi karena masih diliputi kaget.
Kakak Mida, teman yang memberdayakan saya hanya senyum-senyum pula merasa gimana gitu.



Kadang kala saya ini memang norak. Tapi saya bangga dengan kenorakan saya. Belum selesai keterkejutan dengan Mas Gunawan Maryanto a.k.a Wiji Thukul, lagi-lagi Kak Arif membuat saya semakin norak. Beliau di hadapan hadirin, sebelum mulai mendongeng, berucap, "selamat datang Kak Mini GK. Penulis kondang kita."

Okey, saya bener bener malu tapi bangga.  Kakak Mida lanjut berbisik, "kalau udah tahu kamu artis harusnya datang jangan telat dong. Malu tauk."
"Ya mana aku tau bakal disapa sedemikian hingga."

Lalu kami diam. Diam-diam saya masih senyum senyum sendiri dengan perilaku mereka orang-orang baik di sekeliling saya. Ah semakin yakin saya jika kenaikan akan tumbuh jika kita selalu menanamnya. Acaranya mendongeng sore itu berjalan lancar. Ramai dan pula menimbulkan tawa hebat bukan hanya anak-anak tapi semua hadirin segala usia.

Acara Sastra FKY 29 dimulai dari tanggal 30 Juli dan berakhir semalam, 3 Agustus. Banyak macam agenda, ada mendongeng, workhosp menulis, talkshow sastra anak, prosa juga teater.

 Saya sempat mengikuti talkshow sastra anak yang diampu oleh dua orang keren, Muhidin M. Dahlan dan Gunawan Maryanto. Dengan antusias sebab materi yang disampaikan benar membuat saya tercengang. Mengenai fenomena perbukuan, khususnya buku buku anak.

Tanya jawab dengan hadirin menjadi satu sesi yang menarik, dimana banyak hadirin yang kebetulan adalah guru saling mengutarakan kegundahan mereka dengan murid murid. Usai talkshow saya menunggu hingga malam untuk menyaksikan teater.

Ada dua teater yang tampil membawakan sastra lakon, yaitu teater Kamasutra dan Terjal. Dua duanya dari Universitas Gajah Mada.

Menurut Gunawan Maryanto, kenapa memilih sastra lakon bukan naskah lakon sebab dewasa ini sastra lakon seolah-olah tak dikenal atau ditinggalkan. Ia satra lakon ini berada di zona yang tidak jelas antara teater atau kepenulisan, maksudnya orang teater seolah-olah enggak berhak memegang begitu pun dengan orang penulis. Akhirnya dia jadi tenggelam.

 Kami bahagia kami suka dan kami menunggu sastra FKY selanjutnya.

Pesona Pasar Kangen Jogja 2017


#sabtuyou
Hai kamu, iya kamu yang malem Minggu senyum senyum sendiri...
Kamu dapat salam dari kami, barisan pemuda pemudi Indonesia yang penuh pesona dan berkarisma, kami #calonmantukesayanganmertua

Kamu tahu gak kalau dalam hitungan menit #PasarKangenJogja akan berkemas, menutup diri, liburan dan selimutan hingga setahun mendatang?
Nah, kamu udah tengok tengok belum? Siapa tahu ada kangen yang kau jumpai di #pesonapasarkangen.



Kalau kami sih udah melakukan serangan sejak hari pertama bahkan sejak kendi tanda pembukaan dijatuhkan dari atas panggung. Dapet  #benggol pula buat pengganti uang masa kini.

Oh iya meski kami terlihat kompak dipoto, aslinya kami datang enggak pakai janjian, kalau ngumpul gini itu semua karena kekuatan pandangan dan suara kami. Yang satu di mana yang lain di mana tinggal teriakin nama udah pasti ngumpul, menuhmenuhin jalan pula berisik (utama Kak Erwin yang sibuk promosi kejombloan dirinya, dasar #jomblo)

Jadi pas hari pertama, maaf maaf jika ada yang keberisikan atas kehadiran kami; maklumlah kami ini admin admin #lambeselo 😅😅 Maaf; kami tidak takut #Mantan

#perjalananMini #traveler #beauty #gadisAnggun #MiniGK #author #gosip #hits #lifestyle #vakansi #piknik #tamanbudaya #kuliner