Showing posts with label Film. Show all posts

Wregas Bhanuteja Sutradara Muda Indonesia

Wregas Bhanuteja

 Wregas tidak menyangka ‘hanya’ bermodal tiga puluh lima ribu rupiah mampu menghantarkan film garapannya masuk Berlin International Film Festival.

Nama Wregas Bhanuteja sudah lama dikenal oleh sineas tanah air. Semakin bersinar dan dikenal oleh kalangan luas setelah film garapannya berjudul Prenjak menang di Cannes Film Festival sebagai film terpendek terbaik 2016.
Wregas Prenjak

Sebelum Prenjak, pria kelahiran Jakarta 20 Oktober 1992 ini telah menggarap beberapa film lainnya antar lain Senyawa, Lemantun, Lembusura, The Floating Chopian. Selain sebagai sutradara, Wregas juga seringkali bertindak sebagai penulis naskah.

Fakta Tentang Wregas yang perlu diketahui
Sebelum hijrah ke Jakarta untuk menuntut ilmu di IKJ, pria gondrong ini sekolah di SMA Debrito. Kecintaannya pada dunia film sudah tercium sejak dirinya masih duduk di bangku SMP. Tidak banyak orang yang tahu bahwa di SMP dulu ia pernah membuat film bersama teman-temannya dan ia menjadi aktor. Filmnya kala itu bercerita tentang bendahara kelas yang korupsi. Namun ternyata menjadi aktor tidak semenarik saat dia mencoba jadi sutradara.

Sejak itu dia menasbihkan diri harus bisa mengejar cita-citanya menjadi sutradara.
Wregas mengaku bahwa ia adalah angkatan terakhir IKJ yang sempat mencicipi
Film Lembusuru yang menghantarkan dirinya ke Berlin International Film Festival total hanya menghabiskan modal Rp 35.000,00.

“Film ini termasuk salah satu film esperimental. Alias coba-coba. Saat itu Jogja sempat mandi hujan abu dari Gunung Kelud. Tidak ada aktivitas luar yang bisa dijalankan. Dari dalam rumah saya mencoba mengambil video hujan abu dari balik jendala. Lalu saya berpikir bagaimana kalau video yang saya dapat diolah menjadi film. Maka saya punya ide untuk menjadikan teman saya sebagai Lembusuro tokoh penjaga gunung sedang menari. Maka jadilah film Lembusuru. Saya hanya mengeluarkan modal tiga puluh lima ripu rupiah untuk membeli topeng yang digunakan Lembusuro untuk menari. Hasilnya? Saya tidak menyangka bakal sampai ke Berlin. Ya meski saat itu belum menjadi pemenang.” 

Fakta-fakta itu diungkap Wregas dalam sebuah workshop kecil baru-baru ini di sebuah mal di Yogyakarta.

Memulai karir dari Asisten Sutradara

“Jika dulu AADC 1 saya dilarang melihat filmnya karena ada adegan ciumannya, maka kini saat AADC 2 digarap, saya justru terlibat di dalamnya bersama Mbak Cinta. Saya dipercaya untuk menggarap behind scene film tersebut.”

Fakta ini disampaikan Wregas dengan diselingi tawa khasnya.

Sejak masa kuliah pria penyuka warna hitam ini memang sudah sering terlibat dalam pembuatan film-film besar sebagai asisten sutradara. Ia pernah magang dengan Miles milik Riri Reza dan Mira Lesmana. Tercatat ada Athirah, Sakola Rimba, Nyanyian Musim Hujan, dll.

“Saya pernah jadi asisten sutradara 3. Itu berarti saya bukan terlibat dengan tokoh utama. Misal di Sakola Rimba saya tidak terlibat dengan Prisa Nasution melainkan sayalah orang yang mengarahkan tokoh-tokoh dari suku anak dalam itu. Bayangkan saja, mereka itu tidak kenal akting sebelumnnya. Membaca menulis saja susah. Tapi itulah menyenangkannya dunia saya.”

Ada sebuah pesan pendek dari Wregas untuk para filmmaker muda tanah air yaitu carilah aktor sesuai dengan karakter tokoh yang ingin kalian ceritakan, tidak perlu membuat orang lain jadi tokoh yang kamu inginkan.

Penghargaan Yang Pernah diterima

Lemantun
Film pendek terbaik, XXI Short Film Festival 2015
Film Pendek Terbaik, Apresiasi Film Indonesia 2015
Film Pendek Terbaik Piala Maya 2015
Prenjak
Leice Cine Discovery Prize, Best Short Film, 55th Semaine de la Critique, Cannes Film Festival 2016
Cinema Nova Awards, Best Short Film, Melbourne International Film Festival 2016
Piala Citra, FFI 2016
Silver screen awards, Singapore International Film Festival 2016
Best Short Film, Prague Short Film Festival 2016

The Floating Chopin masuk kompetisi dalam 40th Hong Kong International Film Festival 2016

“Dari sekian banyak penghargaan, yang paling membuat saya terharu lebih dari segalanya adalah saat Prenjak mendapat Piala Citra. Itu artinya saya sudah diterima di rumah sendiri,” aku Wregas sambil menahan haru.


Cita-cita Wregas yang tidak banyak orang tahu
Saat ini Wregas sedang mempersiapkan film panjang pertamanya. Film yang akan diproduseri oleh Miles. Sampai saat ini masih dalam proses persiapan. Diperkirakan tahun depan baru masuk proses shooting.

Seorang film maker tetap harus punya idealisme. Namun bagi Wregas tidak selamanya seorang film maker seperti itu. Ia membagi-bagi dalam beberapa porsi; ada film yang memang untuk pekerjaan artinya menghasilkan dan ada pula film yang untuk memuaskan diri alias benar-benar untuk bekarya.

“Mungkin nanti saya akan membuka warung kopi saja untuk mencari uang. Dan jadi dosen, itu cita-cita saya.”

Ada yang ngefans berat dengan Wregas Bhanuteja? Mungkin kamu bisa mendaftar jadi mahasiswanya atau jika tidak memungkinkan bisa juga ngopi di warung kopinya. (Min)


*sebenarnya ini catatan saya beberapa tahun kemarin waktu diberi kesempatan mengikuti acara keren bareng Sutradara Muda Indonesia ini setelah tayang AADC2

Nonton Bareng Film Kartini


Film Kartini

Sudah sejak lama saya ingin banget mendapat kesempatan premier nonton film Kartini yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo.
Berkali-kali saya buka instagram untuk cek dimana saja acara premier bakal di gelar, pula dimana bisa beli dan berapa harga tiket. Ketemu. Ternyata pembelian tiket bisa dari asmatPro.

Saya belum beli tiketnya hingga seorang teman bilang, "Ini ada tiket jika kamu mau?"
Saya sambut dong tawaran tersebut. "Gimana caranya?"

Lalu teman saya itu memberi tahu gimana saya bisa mendapat tiket premier film Kartini dengan mudah.

both Bank Mandiri

Film Kartini dalam Jiwa Dian Sastro

Senang sekali sebelum nonton film, saya bisa punya kesempatan ikutan meet and great bareng pemain film; antara lain Dian Sastrowardoyo, Denny Sumargo, Ayushita sekaligus ketemu produser dan sutradaranya Mas Rony dan Mas Hanung Bramantyo.

"Film Kartini ini ditujukan untuk semua orang, tidak hanya wanita. Laki-laki pun sangat dianjurkan untuk melihat film ini. Tujuan dari membuat film ini selain untuk mengingat sejarah juga untuk menanamkan rasa menghargai kepada setiap wanita," tutur sutradara film, Mas Hanung.

"Sudah sejak lama saya ingin membuat film jenis ini. Dian Sastro sendiri tertarik dan menawarkan diri untuk ikut terlibat. Dia (Dian) sempat bilang kepada saya bahwa dia berperan jadi siapa pun tidak masalah asalkan bisa ikutan main. Lalu saya mikir apa iya kalau Dian jadi ibunya Kartini saja? Sebab yang namanya Kartini kala itu masih remaja sementara Dian sudah ibu-ibu usia 30an." 

Terdengar gelak tawa dari para hadirin.
Saya masih sibuk mengamati satu persatu para pemain. Terutama Kak Denny Sumargo, ya iyalah siapa yang enggak tertarik dengan Kangmas Slamet kakaknya Kartini ini.

Ngobrolin film langsung dengan ahlinya memang lebih asyik dibanding hanya meraba-raba.

suasana ruang bioskop sebelum film Kartini diputar

Film Kartini menyedot perhatian penonton

Saya ucapkan terima kasih kepada Bank Mandiri yang sudah mengajak saya dan beberapa nasabahnya untuk ikut nonton bareng.
Beberapa kali saya nonton film di biokop yang penontonnya hanya beberapa gelintir orang atau hanya beberapa bari saja. Namun kemarin saat nonton Film Kartini isi bioskop penuh. Hampir tidak ada kursi kosong. Ini membuktikan bahwa banyak masyarakat yang menanti adanya film beraroma sejarah.

Film Kartini dan warna di dalamnya

Rumah saya jauh dari kota. Jika saya ingin ke bioskop maka butuh waktu kurang lebih satu setengah jam.
Saya datang ke acara premier film kartini sejak pukul 17.00 sementara pintu teater pertama tempat saya mau nonton baru dibuka bukul 20.10, sebegitunya saya demi tiket nonton Film Kartini.

Seorang teman bertanya, "Gimana dengan film Kartini?"
Saya selalu susah untuk menjawab pertanyaan yang demikian, bukan apa-apa, cuma saya punya sudut pandang berbeda dengan orang lain. Apa yang saya bilang bagus belum tentu bagus bagi orang lain. begitu pun sebaliknya.

Yang dapat saya bilang, film Kartini ini ada bagian-bagian yang membuat saya berurai air mata; misal saat Kardinah (adik Kartini) harus dinikahkan secara paksa dengan laki-laki yang tidak diinginkannya hanya karena demi status. Berurai air mata pula saat ibu Kartini dan Kartini saling bicara dari hati ke hati. Masih beruarai air mata ketika akhirnya Kartini menerima pinangan Bupati Rembang dan tiga hari setelah menikah ternyata proposal beasiswanya ke Belanda diterima. Ini nyesek banget, andai Kartini belum menikah, bisa jadi ia berangkat ke Belanda.

Saya juga dibuat tertawa, bukan hanya saya tapi hampir seisi bioskop dibuat ketawa saat adegan Kartini dipingit bareng adik-adiknya yaitu Kardinah dan Roekmini. Kartini merasa senior dan dia mengerjai kedua adiknya. Di film ini banyak sekali adegan-adegan yang membuat saya kaget dan bertanya, "begitukah Kartini?".

Kehadiran Reza Rahardian, iya memang hanya beberapa cuplikan saja, sekilas hanya mirip figuran, cukup menyita perhatian. Bukan karena Reza Rahardiannya (saya bukan fans Reza) tapi karena akting beliau yang CUKUP PAS. Dialog yang dibawakan Reza (yang berperan sebagai kakak Kartini yang tinggal di Belanda) cukup membuat saya terhenyak.

"....Kamu tidak bisa sendirian."
"....Ini kunci, masuklah kamarku di sana ada pintu yang bisa membawamu keluar dari pingitan."
Dan ternyata pintu yang dimaksud adalah lemari isi buku-buku.

pertanyaan saya mendadak muncul, misal Kartini tidak punya kakak seperti dia jangan-jangan dia tidak akan semahsyur hari ini atau bagaimana nasibnya???