Showing posts with label Buku. Show all posts

Balon Gas, Novel dan Catatan Pendek

Balon Gas 

Belum lama ini saya dapat sebuah nasehat dari kawan yang pernah study di Cairo. Nasehatnya sih simpel, tapi efeknya berimbas ke hati. 

“Jangan bangga menjadi balon gas. Ia mungkin bisa terbang tinggi dan tinggi. Tapi sesungguhnya di dalamnya hanyalah kosong. Jika gasnya habis, maka hancurlah balon tersebut.”

Simpel. Balon gas.

Saya sedikit tersentak seperti ditusuk peniti tajam. Ungkapan ‘jangan seperti balon gas’ tak ubahnya kata lain dari ‘jangan sombong’. Boleh jadi kita sekarang sedang di atas, namun kita tidak sadar bahwa itu semua berkat sesuatu, dan sesuatu itu kelak akan ada masa kadaluarsanya.
Novel Romantis


Minggu pertama di ramadhan ini saya mendapat undangan mengisi acara di sebuah butik yang juga merupakan galeri seni. Awalnya bingung juga mau ngisi dengan materi apa. Berbicara di depan banyak orang memang sudah menjadi hobi saya. Bukan sesuatu yang melelahkan justru menyenangkan. Namun untuk menemukan materi baru agar orang yang mendengarkannya tidak bosan kadang tidak mudah. Hal ini membuat saya harus berpikir ekstra.

Kalau Anda pikir saya seorang komika maka jawabannya salah. Saya bukan komika melainkan hanyalah seorang yang kebetulan sangat menggilai dunia tulis menulis dan akhirnya berhasil menerbitkan novel dan kebetulan yang sangat manis berkat hal tersebut ada saja komunitas atau perorangan yang meminta saya untuk mengisi kelas yang mereka buat.

Begitu Tirana House—nama butik dan galeri seni—mengontak saya untuk tampil ditempatnya, saya langsung mengatur strategi. Mulai saya pikirkan apa yang harus saya bawakan di hadapan hadirin yang nanti datang. Lalu tercetuslah ide untuk membuat acara dengan tema #ngaBUKUrit, merupakan perpaduan dari ngabuburit ditemani buku.

Novel dan Catatan Pendek


Kebetulan banget beberapa bulan sebelum ramadhan, novel saya yang berjudul ‘Pameran Patah Hati’ terbit. Rasanya kok menarik kalau sambil ngisi waktu menjelang buka puasa diadakan bedah novel sekalian pembacaan beberapa halaman dari novel tersebut.

Ide itu langsung saya utarakan ke pemilik Tirana House dan langsung disetujui.

“Ilmu dibagi tidak akan habis justru akan semakin bertambah.” 

Kesempatan ini saya pakai untuk membagikan pengalaman dan sedikit ilmu yang saya dapat dari dunia kepenulisan. Seperti kata kawan saya tadi, jangan hanya jadi balon gas. Lewat acara #ngaBUKUrit tersebut teman-teman yang hadir diperbolehkan bertanya apa saja yang ingin mereka tahu tentang dunia kepenulisan dan saya kebagian jatah untuk menjawab semampu saya.
Cerita Pendek

Dengan dibantu pihak penerbit saya juga bisa berbagi novel gratis kepada teman-teman yang datang. Itu semua untuk menghargai mereka yang sudah bersedia meluangkan waktu dan tenaga, karena ternyata hadirin tidak hanya dari Jogja (tempat acara berlangsung) tapi juga ada yang dari Surabaya dan Malang.

Karena waktu #ngaBUKUrit hanya pendek, bahkan pendek sekali, rasanya saya belum puas. Lebih-lebih karena agenda pembacaan karya hanya dapat beberapa halaman saja.

Saya berharap ramadhan mendatang atau kesempatan lain (waktu diluar ramadhan) masih ada yang mengundang saya untuk membuat acara serupa ini. Semakin sering bertemu banyak orang maka akan semakin banyak ilmu baru yang didapat. Sehingga saya tidak akan berakhir hanya jadi serupa balon gas kehabisan gas. [MIN

*Catatan pendek 2015

Bertemu Tere Liye di Klan Matahari

Apa sih hal paling bisa mendekatkanmu pada buku?
Atau jika dibalik, kenapa sih kamu suka buku?

Pernah kah ada yang bertanya demikian pada diri sendiri?
Saya sering. Iseng-iseng jadi sebuah kebiasaan. Untungnya kebiasaan baik jadi bisalah ditularkan kepada kesayangan-kesayangan.

Rasa-rasanya sejak bisa membeli buku sendiri, saya jadi semakin sayang dan enggak bisa lepas dari buku.
Rasanya seneng banget kalau punya buku baru, entah karena beli atau dapat hadiah. Sering kali malah sengaja banget nyari buku-buku lawasan yang murah meriah untuk mengembalikan aroma masa lalu.

Buku dan saya, atau saya dan buku adalah dua sahabat yang sulit untuk dipisahkan.
Layaknya sahabat, kami (saya dan buku) juga sering mengalami yang namanya 'bentrok' atau peristiwa sedih.
Berantem mungkin lebih tepatnya.
Saya menginginkan dia (buku) tapi seringnya dia jual mahal (dalam arti sesungguhnya) lantas saya harus berusaha sebisa mungkin untuk menuntaskan cinta yang sudah kadung tumbuh ini.

Salah satu cara saya untuk selalu berdekatan, atau memelihara cinta dengan buku yaitu gabung dengan beberapa klub buku dan baca.

Sudah empat tahun, kalau tidak salah ingat, saya gabung dengan klub baca Jogja dan klub ulat buku. Sebuah klub suka suka yang aktivitasnya baca buku suka-suka dengan cara suka-suka.

Sudah banyak sekali buku yang akhirnya saya baca setelah ikutan klub baca. Klub ini hadir sebulan sekali dengan buku beda dan pemantik diskusi yang beda pula.

But, di postingan ini saya enggak akan banyak-banyak cerita tentang klub baca Jogja.
Why? Because saya mau cerita klub baca lain yang kebetulan belum lama ini didirikan.

Sebut saja namanya Klub Baca DPK. Ntar saya ceritakan DPK itu apa. Tapi nanti pas saya Selo, #eh

Klub baca DPK dibentuk oleh kantor perpustakaan daerah Gunungkidul. Ya tujuannya emang membuat klub baca yang mewadahi mereka-mereka yang tertarik dengan bukubuku, khususnya anak anak usia SMP.

Senang saya bisa ikut terlibat dalam klub baca ini. Selain mengampu kelas menulis sastra (yang saya merasa sejujurnya agak gimana gitu karena ilmu yang enggak seberapa) eh sekarang malah didapuk juga untuk mengampu klub baca.
Senang karena di sini ketemu anak anak baru yang dulu sesuai mereka saya ingat banget kalau saya susah untuk ketemu buku yang saya ingin.

Klub baca menjadi wadah yang pas untuk mereka yang menyukai  baca. Akan menjadi satu motivasi untuk menyelesaikan bacaan yang sudah menumpuk.

Tidak jarang atmosfer yang ada dalam klub bisa jadi amunisi sampai berbulan-bulan kemudian.

Di klub baca, siapa saja bisa mengajukan untuk diskusi buku, kapan waktunya dan buku siapa yang akan dibahas. Buku sendiri juga sangat boleh.

Tempo hari saya mengusulkan novel MATAHARI karya TERE LIYE.
iye Tere Liye yang itu, pliss enggak usah julid.
Saya mengusulkan buku tersebut karena sangat cocok dengan klub baca yang isisnya anak anak SMP. Lagian di perpustakaan buku ini lumayan banyak jadinya bisa banyak yang pegang.

Pemilihan judul buku memang sengaja banget menyesuaikan dengan jumlah buku yang ada di rak perpustakaan.
Hal ini tidak lain buat mempermudah jalannya diskusi.
Satu orang baca, yang lain mendengarkan sambil menyimak.

Untung prediksi saya tidak meleset. Banyak yang sudah kenal karya TERE Liye. Untuk yang MATAHARI ini ada beberapa yang udah tamat. Jadi diskusi singkatnya langsung jalan dengan enak banget.
Meski bukan pecinta Tere Liye garis keras, saya cukup berterima kasih kepada kesempatan yang pernah memberikan waktu kepada saya untuk jumpa dengan Tere Liye secara nyata tidak hanya dalam karya.

Saya yakin, sebagian orang masih berharap bisa jumpa dengan novelis satu ini. Begitu pun dengan anggota klub baca.

Sekian waktu mengasuh kelas menulis sastra (yang mana di sini kadang saya merasa kurang pantas karena keterbatasan ilmu) akhirnya diberi kesempatan untuk juga mengampu klub baca.
Klub baca bagi saya adalah satu penyaluran energi.

Saya menyukai klub-klub yang konsen dengan buku dan baca. Bukan berati saya enggak doyan gabung ke klub kecantikan. Bagi saya mah, baca wajib, tampil cantik harus, jago masak luar biasa.

Jadi, sudahkah kamu membaca pikiran dan mauku hari ini??

Merayakan Kemeriahan Seperempat Abad


Penulis Novel

Judul : 25; Tuhan, Aku Tidak Ingin Membenci Matahari
Penulis : Inggy Ami
Penyunting : Ambra
Penerbit : Senja
Tahun terbit : 2016
ISBN : 9786023910564


Resensi Novel



Umumnya seseorang yang menginjak usia seperempat abad akan dikatakan dewasa. Tidak ada lagi sifat kekanak-kanakan mau pun manja tidak pada tempatnya. Seseorang yang sudah berusia jelang 25 selalu dianggap sudah sanggup memikul banyak tanggung jawab pula dianggap mampu mengayomi lainnya yang lebih muda serta bisa menjaga mereka yang lebih tua; orang tua mau pun keluarga yang lain.
Bagi seorang perempuan, usia 25 berarti usia matang untuk melangkah ke jenjang berikutnya, hidup berumah tangga. Menjadi istri dan ibu muda.

Harusnya demikian pula yang dialami oleh Yasha. Dia adalah seorang perempuan yang baru saja memasuki gerbang 25 tahun hidupnya. Banyak harapan harapan dari orang dekat yang disematkan padanya. Semisal segera lulus dan menikah. Masalahnya, Yasha bukanlah perempuan yang berprinsip seperti kebanyakan perempuan yang mengidamkan segera nikah cepat.

Ia bahkan masih keteteran menyelesaikan tugas akhir kampusnya. Harusnya ia sudah diwisuda dan menjadi seorang arsitek jika lebih giat berusaha. Sayangnya tidak demikian. Kuliahnya molor panjang. Bahkan lebih dari waktu yang seharusnya. 

Jangankan untuk menikah cepat, meski orang tua memintanya demikian, bahkan lelaki yang disukainya sejak SMP menolaknya.

Banyaknya pikiran yang sering dia pikul membuat dirinya menderita semacam insomnia akut. Sering dia pergi ke klinik untuk minta sekedar obat tidur atau penenang. Sayangnya sang dokter yang didatanginya selalu menolak untuk memberikan apa yang diminta. Justru sangat dokter, Arman namanya, memberi solusi agar Yasha jatuh cinta pada orang yang tepat. Konon menurut Arman, jatuh cinta itulah satu satunya jalan untuk menyembuhkan Insomnia yang diderita Yasha. Masuk diakal sih, karena biasanya orang yang jatuh cinta pikirannya akan bahagia dan selalu berpikiran positif.

Selain skripsi yang tidak juga kelar, gelar sarjana yang seakan masih sangat jauh, desakan untuk segera nikah, juga insomnia akut, hidup Yasha semakin pelik dengan kehadiran nenek satu satunya yang mengidamkan demensia. Bagi Lilis, ibu Yasha, kehadiran nenek di Jogja adalah sebuah anugrah. Lilis merasa inilah saatnya berbakti kepada orang tua. Mengurus ibu kandung dengan sebaiknya meski sering sang ibu ngamuk karena penyakitnya. 

Nenek sering tidak sadar dirinya siapa dan sedang di mana. Hal ini membuat Yasha pusing. Sering tanpa alasan nenek marah-marah pada Yasha. Sesekali bahkan main kasar, membuat Yasha ngambek dan memilih kabur dari rumah. Beruntung Lilis sangat telaten mengurus nenek dan juga memberi nasehat pada Yasha.
Taman adalah dokter baik. Dia juga kenal dengan keluarga Yasha. Sering dia datang untuk.menjenguk ibu dan nenek Yasha. Ini bukan tanpa alasan. Arman sebenarnya sudah sejak lama suka sama Yasha. Bahkan sering dia terang-terangan mengajak Yasha nikah. Masalahnya Yasha tidak semudah itu menerimanya. Sepuluh kali Arman melamar Yasha, sepuluh kali pula Yasha menolaknya. Namun Arman tidak menyerah. Ia masih baik dan bahkan semakin sering datang ke rumah karena nenek ternyata nurut jika sama Arman. Membuat Yasha jengah.

Yasha bukannya tidak mau nikah. Dia mau namun dia juga tidak tahu harus nikah dengan siapa. Taman? Ia tidak cinta dengan laki-laki itu. Sejujurnya ia memilih Zain, sayangnya memilih bukan berarti balik dipilih. Karena Zain justru menikah dengan Shayla.

Di usia 25 tahun, Yasha berdoa sungguh-sungguh agar kuliahnya lekas kelar. Ia sudah ingin menjadi arsitek sesungguhnya. Ia juga berharap agar penyakit nenek segera sembuh atau minimal nenek bersikap baik dan tidak merepotkan. Yasha perlahan mulai berubah menjadi dewasa. Tidak lagi memusuhi nenek dan membantu ibu menjaga nenek. Mungkin karena sifat baik Yasha inilah akhirnya nenek semakin bahagia dan tidak lagi ngamuk.

Tanpa disangka, sekian kali ditolak, Arman masih kokoh dengan niatnya untuk meminang Yasha. Pada suatu hari Arman bilang kalau dia akan menunggu sampai Yasha bersedia. Entah kapan itu waktunya. Dengan tekad Arman yang sedemikian kuat, perlahan Yasha pun luluh.

Mini GK, novelis asli Gunungkidul. Alumni Kampus Fiksi.

Bernard Batubara Curhat Cinta dan Mantan



Luka Dalam Bara

Perkenalan saya dengan Bara sudah terjadi jauh hari sebelum Luka Dalam Bara terbit. Bukan sebuah info penting sih, cuma mau bilang aja kalau sudah kenal Bara lama. #halah
Enggak penting sih Bara kenal saya atau tidak, tapi bagi saya bisa ketemu Bara menjadi sesuatu yang penting.

Sejak novelnya yang berjudul Radio Galau FM difilmkan, pria cancer itu semakin banyak dikenal umum. Hampir semua anak kekinian pasti kenal dengan dia. Semakin terkenal setelah novel berikutnya, Janji Hati kembali difilmkan.
Jujur saya iri dengan pria satu ini. Iri yang gregetan gitu, ingin juga bernasib sama atau setidaknya lebih dari dia.

Buku-buku Bara boleh dibilang selalu laku. Apa pun yang dia tulis pasti membuat banyak orang ingin memilikinya. Kali ini bersama penerbit NOURA, Bara menerbitkan buku baru berjudul Luka Dalam Bara.

Buku apakah itu? Mungkinkah semua kesakitan yang Bara rasakan?
Kali ini saya boleh sedikit sombong karena saya punya kesempatan untuk ikut launching dan bedah buku langsung bareng Bara.

Mini GK dan Bara

Karena saya merasa bukan bagian orang penting dalam hidup Bara, duh kenapa pula saya bicara demikian? maka saya tidak merasa sedih saat Bara bilang jika buku barunya yaitu LUKA DALAM BARA ditulis untuk dan dengan semangat mengenang sang mantan. itu lho perempuan yang tempo lalu membuat Bara sedemikian baper sampai posting banyak hal galau di media sosial.

Bara dan yang beruntung dinner bareng di cafe no.20

Penulis Perempuan 

Penulis Indonesia

Panggung Utama

Bernard Batubara Novel