catatan mini

Mohon Maaf Adalah Kunci

1/09/2022 08:00:00 pm Mini GK 0 Comments

Minggu, 9 Januari 2022

Assalamualaikum wr. wb.  Hai kesayangan Gadis Anggun, mohon maaf karena ternyata saya belum bisa menepati janji. Maaf belum bisa konsisten berkabar di sini. Saya harap kalian tidak kecewa dan masih terus menanti. Seperti saya yang juga terus menanti senyum manis kalian. Mungkin seperti ini juga yang tanah rasakan saat menanti hujan pertama.


Maaf memaafkan adalah kunci untuk kita selalu bertahan. (Mini GK 2022)

Surat Izin Mengemudi

Sudah hari ke sembilan tapi hari ke delapan kemarin belum sempat update. Sebelum lupa, saya mau bilang jika kemarin itu rasanya seperti bukan saya. Dari pagi sudah banyak agenda. Dengan sadar mengendarai motor tapi sampai malam merasa bahwa itu tidak sepenuhnya saya. Ceritanya janjian sama sepupu, si Mispah, untuk perpanjangan SIM. Tahulah ya apa itu surat izin mengemudi? 

Zaman saya perpanjangan dulu itu mudah. Bayarnya juga murah, sekitar 75K doang. Nah kemarin itu agak belibet gitu ceritanya. Jauh hari saya sudah tanya ke teman, sebut namanya Eka. Dia juga habis perpanjangan SIM tapi lewat mobil layanan keliling. Dari dia saya tahu kalau untuk keperluan perpanjangan SIM butuh surat keterangan sehat dari dokter, fotokopi KTP dan SIM lawas, dan juga surat hasil psikotes.

Rincian biaya beda-beda setiap daerah. Nah sepupu ini habis 35K untuk KIR dokter. Padahal umumnya cuma 25K di tempat saya. Tapi gak masalah untuk ini, beres aman. Yang agak galau itu waktu datang ke polres, tahunya di sana enggak ada layanan psikotest. Beda sama di mobil layanan keliling yang sudah ada. Maka mengikuti arahan mbak-mbak polisi di depan pintu masuk, akhirnya saya dan sepupu menuju ruko yang konon katanya lokasi psikotes.

Ruko-ruko Yang Entah Bagaimana

Ruko pertama. Saya kira di situ tempat psikotes karena tampak banyak orang dan ada semacam timbangan badan. Ealah ternyata bukan. Di situ tempat cari KER dokter. Keterangan sehat tadi. Tapinya kok gak ada dokternya? Gak ada plang nama dokternya? Dan lain sebagainya. Saya agak ragu tapi masuk juga.

Di ruko inilah saya dapat info kalau SIM itu belum bisa perpanjangan kalau belum mendekati hari expired. Karena masih tanggal 8 Januari, sementara SIM bakal mati tanggal 1 Februari, kami mendapat saran untuk menunda dulu. Ya mohon maaf, apakah saya percaya? Akhirnya balik lagi naik motor ke kantor polisi. Pada mbak-mbak polisi yang awal tadi bertanya syaratnya. Mbaknya bilang kalau belum bisa perpanjangan kalau belum mepet kadaluarsa.


Saya balik lagi ke ruko jemput sepupu, lalu memberikan kabar apa yang terjadi. Eh tapi mohon maaf sebelumnya, sepanjang bolak balik berkendara itu tadi saya belum makan. Sepupu juga belum. Baru beneran minum air putih segelas doang. Mana jam 11 nanti saya ada ujian.

Karena sudah terlanjur di ruko-ruko gak jelas itu akhirnya kami sepakat untuk buat surat psikotes sekalian. Ya biar sekalian jalan maksudnya. Jadi misal besok tanggal 22 atau 29 mau ngajuin perpanjangan SIM enggak perlu ribet lagi cari surat-surat. Sepupu setuju dan kami minta arah kemana harus tes psikologi.

Bapak di ruko menunjukkan jalan kalau ruko paling ujung lokasinya. Ya dalam hitungan kurang dari semenit (karena naik motor) kami sampai ruko paling ujung. Sudah tanya macam-macam, kirain mau dapat pelayanan eh tahunya bapak-bapak di ruko kedua ini menunjukkan lokasi ruko ketiga.

Weh mohon maaf, ini kok berasa lempar sana lempar sini. Sumpah kesel banget. Mana belum makan, mikir ujian dan harus putar otak karena sepupu bakal balik Semarang. Buat SIM cepet tujuannya karena dia enggak tinggal di Gunungkidul gitu. Jadi biar aman buat sekarang karena jarang balik. Ealah tahunya mendapat penolakan dan suruh ngurus SIM baru di Semarang saja.


Okelah, akhirnya saya pasrah dan menuju ruko ketiga. Agak kaget dong karena ruko ketiga ini berasa familiar lokasinya. Ternyata sebelahan sama toko kosmetik rades yang biasa saya kunjungi. Jadi ini ceritanya seolah saya menyusuri dan muteri ruko-ruko yang biasa saya kunjungi. Ya salam, mau sedih tapi ngakak. Sampai di sini konsentrasi saya sudah berantakan parah. Sedih banget dengan kekacauan ini. Makin sedih belum makan. Iya lho makan itu penting. Mohon maaf buat yang berpedoman sarapan bukanlah kebutuhan.

Berbekal lima puluh ribu rupiah akhirnya sepupu bisa mendapat surat hasil psikotes. Murah gak murah sebenarnya. Soal-soalnya standar tes psikologi cuma saya herannya manfaatnya sampai mana. Yes, saya masih belum memahami konsep psikologi dengan baik jika mendapat fakta di lapangan masih banyak calo.

Tentang Calo dan Calo

Saking banyaknya calo, kami sampai enggak sadar sudah berapa kali berpasangan dan mereka selalu bertanya hal sama. "Baru atau perpanjang?", "Urus sendiri atau dibantu?", "Syaratnya sudah lengkap?".  Aduh dari para calo ini saya belajar kegigihan yang terus terulang. Artinya mengulangi hal yang sama untuk sekian waktu dan enggak bosan. Ya saya mana tahan begituan.

"Sudah beres, Pak." Adalah jawaban paling simpel, praktis dan langsung bisa menjauhkan para calo. Pokoknya cukup dengan gestur yakin meyakinkan maka para calo itu bakal pergi. Lalu datang lagi lah, tentu saja. Calo yang sama menghampiri saya lebih dari empat kali dengan pertanyaan sama.

Mengsedih banget gak sih? Sudah lapar, kesel karena muterin ruko, gak dapat SIM, eh ketemunya calo lagi calo lagi.

Mohon Maaf Duhai Konsentrasi

Pada akhirnya berburu SIM gak dapat maka kami lanjut ke kampus. Ada ujian Hukum Acara Perdata yang menanti. Jujur karena banyak muter dari pagi dan sarapan telat, konsentrasi saya ambyar. Saya malah merasa kurang dari 60%. Jadi pas mengerjakan soal itu berasa gak nyantol. Untung beberapa soal berasal dari tema-tema yang sebelumnya sudah saya kembangkan. Bagian paling menyenangkan saat presentasi itu adalah ketika hasil karyamu banyak untuk rujukan orang lain. Maka dari itu usahakan maksimal apa yang sudah kamu mulai.

Meski konsentrasi saya pecah-pecah (mohon maaf ini aslinya jarang terjadi) tapi sebisa mungkin tetap tenang. Bagaimana pun juga, ketenangan itu penting untuk menguasai keadaan. Sepanjang hari dari pagi ya ketenangan yang saya punya. Konsentrasi boleh ambyar, lari ke sana sini boleh gak ada hasil. Tapi ketenangan harus terus terjaga.

0 comments:

catatan mini

Kuota, Filsafat dan Hukum

1/05/2022 11:00:00 pm Mini GK 1 Comments

5 Januari 2022

Apa yang sebaiknya saya ceritakan hari ini? Dua kucing yang baru jadi penghuni atau tentang emaknya Akbar yang beberapa hari lalu suntik kawin? Akbar itu nama sapi, omong-omong. Tapi masak cerita sapi. Macam gak ada cerita lain saja. Ini sudah Januari hari kelima lho. Apa cerita tentang kebutuhan hampir semua orang, yaitu kuota.



Baiklah, mending cerita random sajalah. Tapi untuk kucing dan sapinya pending dulu. Random kali ini masih berhubungan dengan kampus, dosen dan komunikasi. Sepertinya sudah saatnya makin banyak terbuka tentang perkuliahan. Biar besok-besok gak perlu press release kalau lulus dan siapa tahu jadi jaksa. Aamiin. Calon jaksa kehabisan kuota. Menarik juga.

Hukum Keluarga Islam Bahagia

Seperti yang sudah teman-teman tahu, saya secara sadar masuk ke kelas prodi Hukum Keluarga Islam. Di kelas mah asyik-asyik saja. Enggak pernah merasa yang tertekan atau gimana. Paling cuma beberapa kali saja meledak saking keselnya. Waks, meledak kok tiap semester.

Sebenarnya saya bukan orang cekatan, tapi ternyata teman-teman percaya kalau saya bisa jadi jembatan penghubung dengan dosen. Dosen juga berpikiran demikian (mungkin). Jadilah tiap ada something orang yang pertama dapat kabar ya saya. Baru setelahnya forward ke teman atau sebaliknya ke dosen.

Awal-awal dulu semuanya lancar. Sebelum ponsel butut saya ini ngambek. Bulan-bulan akhir di 2021 kemarin ponsel sudah mulai gak waras. Bisa terima pesan tapi gak bisa kirim pesan. Kalau ada telpon masuk, berdering doang tapi gak ada keterangan siapa yang telpon dan tombol angkat telpon. Astaga sedih banget lho. Makin sedih ternyata tiap habis restart ponsel baru ketahuan kalau yang telpon adalah dosen.

Filsafat Hukum Islam

Semester lima ini saya ada mata kuliah filsafat hukum islam. Bayangkan, sudah filsafat, tambah hukum, Islam pula, lengkap pokoknya level beratnya. Filsafat saja sudah membingungkan, apalagi tambah hukum plus Islam. Menikmatinya adalah yang bisa saya lakukan. Termasuk menikmati ponsel yang entah kenapa tidak bisa angkat telpon dosen filsafat hukum Islam tersebut.



Tidak usah sebut nama, pokoknya pak dosen ini keren. Latarbelakang beliau cukup meyakinkan meski saya tidak kenal banget. Pokoknya dari cara beliau bicara pertama kali, saya sudah meyakini bakal ketemu hal seru dan beda. Ternyata benar begitu adanya. Saya suka cara beliau mengajar dan memberi soal-soal. Ya emang metode mengajarnya ceramah tapi ceramahnya itu seringnya sambil macem orang cerita atau curhat gitu. Jadilah kuliah tapi berasa dengar teman ngomong.

Saking semangatnya sering itu waktu begitu cepat. Teman-teman saya senang karena kelasnya cepat selesai. Saya sendiri juga senang kalau kelas cepat tapi berkualitas. Sayangnya kelas filsafat ini kadang santai tapi berat. Agak susah menceritakannya. Teman-temanya sebenarnya sudah familiar, cuma begitu tertuang dalam teori jadi ambyar. Kalau suruh hapalan, emang lemah saya tuh. Pak dosen juga masih terlalu sering mengulang apa yang sudah tersampaikan. Mungkin karena kelasnya cuma kulit luar maka bahasannya itu itu terus.

Beli Kuota Murah dan Angkat Telpon

Hehe, Januari dan saya masih belum bisa beli ponsel baru. Insyaallah kalau uangnya mah sudah ada, maksudnya ada tabungan. Tapi bukan prioritas untuk beli ponsel. Masih sebatas mimpi ada ponsel baru. Semboyan saya kan kalau masih bisa kenapa harus pensiun. Ya meski susah banget kalau ada telpon.



Dosen filsafat hukum Islam ini termasuk yang sering telpon dan enggak keangkat gara-gara ponsel saya mleyot. Jika sudah demikian saya akan kepikiran. Merasa gak enak hati dan buru-buru kirim chat. Takut kalau ada yang bilang kurang sopan.

Saya mengira dengan mengirim chat akan beres. Belum cuint. Dosennya kadang lama balas malah kadang enggak balas sampai berhari-hari. Lalu telpon lagi dan enggak saya angkat lagi. Lalu minta maaf lewat chat lagi lalu gak ada tanggapan lagi. Wuih capek kan jadinya. Makin was-was jangan-jangan saya salah besar.

Tapi begitu besoknya ada balasan, saya langsung bahagia. Itu artinya saya masih bisa jadi komunikator yang baik. Masih bisa jadi jembatan yang bisa tanggap. Dan jelas masih bisa dosen percaya. Sedih lho kalau sampai kehilangan kepercayaan. Maka komunikasi itu penting.

Karena Kuota Saya Ada

Dari kemarin siang, saya kehabisan kuota. Maka jelas mereka yang menghubungi saya akan kesusahan. Begitu tadi siangan dapat kuota, astaga kagetlah tahu kalau pak dosen telpon tapi gak nyambung.

Mulai was-was lagi. Mulai bersalah lagi. Mulai ngechat balik lagi. Sudah Januari hari kelima dan masih gitu terus. Hamdalah tadi dosennya langsung jawab dan terus ada obrolan.

Alhamdulillah ternyata masih bisa jadi jembatan.

Memang ya kuota itu termasuk dalam kebutuhan primer.  Zaman now tanpa kuota duh berasa tinggal di gua. Tapi ada juga ding komentar yang sedikit nyelekit: buat makan aja susah ngapain beli kuota.

Padahal kan kebutuhan orang beda-beda. Siapa yang mengira jika cara beberapa orang untuk dapat makan ya dari postingan sosial media. Kan kuota itu enggak hanya buat stalking atau sakadar hahahihi tapi banyak yang memakainya untuk kebutuhan kerjaan. Saya sendiri demikian. Buat hubungi dosen misalnya. Ehe

1 comments:

Pendidikan

Cita-cita Mahasiswa Hukum STAIYO

1/03/2022 11:50:00 pm Mini GK 0 Comments

Cita-cita Yang Sempat Tertunda

Januari 2022. Tahun ini salah satu cita-cita saya adalah sering-sering berkunjung dan mengisi blog ini dengan banyak cerita. Hal ini demi memuaskan hasrat pribadi yang terpengaruh juga sama para fans. Thank you so much buat para pembaca Mini GK. And then yang utama sebenarnya saya mau banyak cerita tentang masa-masa sekolah hukum.

Banyak yang enggak percaya saya sekolah hukum sampai akhir tahun kemarin kaget lihat postingan sidang semu yang saya jalani. Itu adalah sidang semu pidana perdata yang saya hadir sebagai salah satu pemainnya. Walau aslinya bukan kelas saya yang main sidang semu. 

Jadi saya baiknya mulai cerita dari mana? Agak aneh gak sih kalau ujug-ujug bahas sidang semu sementara awalan sekolah aja belum ada yang tahu. Tapi rasanya enggak penting juga sih pendidikan saya untuk pembaca. Malah nanti nampak narsis. Tapi kenyataannya emang saya kan narsis. Kadang kelewat kebangetan semangatnya padahal gak penting buat orang lain.

"Halah pokoknya ga urusan deh apa kata orang, yang penting aku bahagia tanpa meresahkan yang lain."

Permulaan Cerita Mahasiswa Hukum

Baiklah, jadi begini lho awal mulanya cerita cita-cita saya untuk sekolah. Duh harusnya saya nulis ini sejak dua setengah tahun lalu biar enak yang mengikuti. Tapi ya sudahlah toh waktu itu cuma NIAT doang tapi enggak nulis nulis juga.

Saat ini saya statusnya sudah otw semester 6. Semester genap yang konon isinya sudah banyak praktik lapangan alih-alih teori di kelas. Jujur senang banget akhirnya sudah sampai pada tahap ini. Mengingat kalau balik ke yang dulu rasanya kok agak mustahil. Antara biaya dan juga waktu. Sampai akhirnya takjub sendiri bisa pada tahap ini.

Makasih banyak buat diri sendiri yang sudah mau dengan sadar balik lagi ke meja sekolah. Sudah mau meluangkan Sabtu Minggu si weekend yang berharga untuk menyerap teori yang begitu, ya ampun, teori hukum mana ada sih yang mudah. Saya kuat dan saya masih sering ngakak lepas.

Kalau gak ingat ini sekolah benar-benar melewati perjuangan hebat, mungkin saya enggak akan seserius sekarang. Iya bagi teman-teman sekampus, saya ini orang serius dalam segala bidang. Padahal aslinya mah cuma punya rasa ingin tahu yang lebih dari yang lain. Dari rasa ingin tahu ini muncul tindakan-tindakan untuk mencari jawabannya. Sudah macem teori filsafat belum ini saya ngomongnya?

Semester Demi Semester Anak Hukum

Semester satu cukup menyenangkan meski banyak mengeluhnya. Iya saya sering capek pada keadaan kelas yang sering enggak kondusif. Capek sama teman-teman yang ternyata beda tujuan. Sering enggak paham juga dengan beberapa dosen yang kalau boleh jujur malah enggak masuk akal saya. Haha. Bakalan panjang ini kalau tulisan sampai terbaca para dosen. Tapi ya gak apalah, saya sudah sering juga membicarakannya.

Semester dua sudah mulai penyesuaian. Segala macam polah kelas sudah paham. Sudah mulai santai, masuk sudah enggak mruput seperti sebelumnya. Yes, saya ini manusia on time. Jadi kalau jadwalnya jam delapan maka jam setengah delapan atau mepet jam delapan pas pasti sudah sampai kampus. Tapi realitanya saya sering gak paham kenapa selalu jadi orang pertama datang selama beberapa semester.

Semester tiga sudah mulai berani berencana. Bahkan berdiskusi dengan para dosen. Sungguh menurut saya ini pencapaian meski bagi orang lain bilangnya enggak sopan. Dosen-dosen saya di Hukum Keluarga Islam itu menyenangkan kok. Awal-awal emang kami mahasiswa takut-takut lebih ke arah sungkan. Tapi lama-lama biasa saja, sama-sama manusia ini. Sungkan lebih kepada hormat. Akhlak dong harus nomer satu. Meski dekat sama dosen tapi tetap paham status, mana mahasiswa mana dosen. Tetap buat jarak biar enggak banyak kerancuan.

Pemberontakan Mahasiswa

Bukan Mahasiswa Jika Tidak Ada Jiwa Pemberontak.

Sementara empat, seperti biasa pemberontakan ada. Tapi lebih kepada teman sekelas. Jengkel gitu kok bisa visi misinya pada jauh banget dengan tujuan sekolah. Saya kira enggak akan banyak drama tapi ternyata ya ampun, bisa mungkin berjilid-jilid. Tapi ya tetaplah mending mandangin pasal-pasal saja dari pada mengurusi sesuatu yang menyepelekan kita. 

Sampai akhirnya kemarin semester lima. Enggak terasa cepat banget. Semester lima yang saya kira mata kuliahnya sedikit ternyata lebih banyak dari semester tiga. Mana saya terlibat banyak kegiatan di semester lima ini. Jauh dari harapan awal yang menginginkan diri jadi mahasiswa kupu-kupu, kuliah pulang kuliah pulang.

Di semester lima ini pula sepertinya saya satu-satunya mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO) khususnya program Hukum Keluarga Islam yang banyak datang ke kampus. Status kegiatan belajar mengajar masih online, tapi selalu aja ada alasan saya datang ke kampus. Bahkan pernah dua pekan full berangkat pagi pulang larut lebih dari jam sembilan malam.

Ngapain? Banyaklah, kapan-kapan saya cerita sendiri tentang ini.

Rasanya Dalam Ruang Sidang

Balik lagi ke sidang semu tadi. Semester lima belum ada praktik pengadilan. Mata kuliah ini hanya ada di semester tujuh. Tapi dengan secara pribadi meminta saya yang miskin ilmu ini untuk membantu acara sidang semu kakak tingkat. Ya langsung dong saya sanggup. Wong rencana emang mau menyusup hadir untuk menyaksikannya. Eh malah ide ini sejalan dengan keinginan dosen. Jadilah teman satu kelas saya ikut menyaksikan sidang semu pidana dan perdata dalam satu hari.

Alasan bagaimana bisa teman ikut acara sidang semu tak lain tak bukan adalah demi nilai UAS. Itu juga yang melintas dalam pikiran saya. Bakalan menyenangkan kalau sidang semu sekalian untuk soal ujian akhir semester.

Saya lebih menyukai tugas-tugas praktik seperti ini dari pada soal-soal ujian materi. Kalau materi bisa baca dari mana saya tapi kalau praktik perlu terjun langsung dan ada pengawasan dari ahlinya.


Meski sidang semu seharian, mana hujan pula, saya merasa bahagia. Cukup puas meski tidak maksimal. Saya tidak bisa cerita banyak tentang peran yang ada. Sebab saya waktu itu berperan sebagai saksi-saksi. Saksi penggugat untuk sidang perdata dan saksi ahli untuk sidang pidana.

Menyenangkan karena bisa bermain peran dengan apik. Seolah-olah jadi seorang profesor lulusan luar negeri. Meski hanya sebatas peran, siapa tahu dari sidang semu ini  kelak saya jadi profesor beneran. Aamiin.

Untuk Semester Mendatang

Bulan besok atau pekan besok saya sudah semester enam. Artinya tinggal satu setengah tahun (paling lama) saya berstatus mahasiswa hukum. Setelahnya entah takdir akan membawa saya ke mana lagi. Ingin sekali rasanya ambil beasiswa S2. Iya beasiswa. Sampai hari ini saya belum terpikirkan untuk kuliah atau sekolah dengan biaya sendiri. Apa pun nanti, semoga yang terbaik untuk saya. Juga untuk kamu pembaca curhatan yang tak seberapa ini. Aamiin.

Sebenarnya banyak yang ingin saya ceritakan, tuliskan dan bagikan. Tapi saya bingung memilah dan memilih. Bagaimana jika kamu yang pilih? Kamu boleh minta tulisan atau cerita apa saja. Nanti saya tuliskan khusus untuk kamu. Enggak harus yang tema-tema hukum tapi bisa juga membahas hubungan atau curhatan kamu. Ingin banget deh bisa menikmati cerita tapi bukan hanya dari saya tapi juga dari para pembaca.

Saya tunggu deh cerita yang ingin kalian dengar. Atau pertanyaan yang ingin kalian tahu jawabannya. Bahkan jika kalian bertanya tentang 'kapan nikah', so no problem. Saya selalu siap dengan apa pun itu.


Luv,

Mini GK perempuan teman perjalanan buku dan kamu 👠


0 comments:

Cantik

Cantik Berkat Treatment Babies Glow

1/02/2022 08:30:00 pm Mini GK 0 Comments

 Cantik Butuh Modal

Sudah 2022, sudah sampai mana resolusinya? Kalau saya mah masih seperti tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya: pokoknya ingin selalu tampil cantik, anggun, memesona, sehat tanpa perlu merepotkan orang lain? Waks, repot ya? Ya emang repot. Siapa bilang jadi perempuan gampang?

Babies glow

Cantik butuh modal, guys. Ini sudah tidak terbantahkan. Ya modal cuan, modal waktu, tenaga dan banyak hal lainnya. Intinya ingin cantik harus berani ribet. Kalau ingin cantik tapi instan, wah bahaya ini. Sudah tahun 2022 tapi masih ada yang mendefiniskan cantik sama dengan putih. No. It’s not dreams.

Ngeri kalau bilang cantik sama dengan putih. Bagi saya, definisi cantik itu ya sehat, bersih, segar dan tanpa bahan pengawet (yaelah). Kalau wajah jerawatan apa masih disebut sehat? Ya tergantung dong jerawatnya seperti apa. Kalau saya emang tipe orang yang sering kedatangan jerawat bulanan alias jerawat karena hormon. Menurut saya wajar jika hal demikian terjadi pada perempuan usia produktif. Yang jadi masalah itu kalau ada jerawat meradang dan bikin sakit atau rasanya gak enak. Ini nih butuh konsultasi ke dokter.

Klinik Kecantikan di Jogja

Ada banyak klinik kecantikan di Jogja yang bisa kita datangi untuk konsultasi terkait kecantikan. Tapi meski begitu harus pandai-pandai pilih klinik kecantikan. Jangan asal tergiur harga, promo, atau hasil instan. Sering-sering baca review dan lihat produknya biar gak salah alamat.

Klinik kecantikan bukan sebuah hal yang baru. Hampir setiap perempuan pastilah mengidamkan perawatan maksimal di sebuah klinik kecantikan. Saya pun demikian. Inginnya sih sering-sering ke klinik kecantikan untuk konsultasi masalah kulit wajah, sayangnya rumah saya jauh dari pusat kota. Hiks. Kalau ada yang bilang klinik kecantikan itu sesuatu yang sia-sia atau cuma buang-buang duit, mending abaikan aja. Biasanya yang demikian itu karena tidak pernah memanfaatkan jasa klinik kecantikan atau bahkan kurang bisa menghargai produk jasa.

Padahal mah kalau ada klinik kecantikan di Jogja yang murah, terjangkau, bagus, pelayanan ramah, dokter keren dan lokasi kece: ya udah sih cuss. Seperti saya yang belum lama ini nyobain perawatan di Klinik Kecantikan Babies Glow. 

Babies Glow Treatment

Sebagai perempuan yang mencintai kecantikan, senang sekali waktu ada kabar tempat treatment baru. Sebenarnya babies glow ini klinik kecantikan yang sudah agak lama berdiri. Saya aja yang katrok baru tahu. Lokasinya ada di dua tempat, jalan Kaliurang dan Demangan Jl. Solo depan  hotel Mercure.

Lokasi saya lebih dekat ke Babies Glow jalan Solo, maka mampirlah saya kemari.

Kalau ada yang bilang kesan pertama begitu berarti, ya saya mendapatkan itu di klinik ini. Dari luar mungkin tampak mungil dan biasa saja layaknya klinik atau ruko pada umumnya. Pas masuk dong, baru berasa kalau itu beneran klinik kecantikan. Buka pintu langsung ketemu bagian informasi sekaligus tempat untuk reservasi. Mbak-mbak yang jaga juga ramah-ramah. Waktu saya datang kebetulan enggak banyak antrean jadi cepat.

Ruangannya memang kecil tapi cukupan menurut saya. Ada dua lantai. Lantai dasar untuk reservasi dan konsultasi dokter sekaligus ruang tunggu. Bagian atas untuk treatment. Banyak bad dan alat-alat modern. Aman.

Selesai daftar, nunggu sebentar lalu ketemu dengan dokternya. Nah ini nih yang bikin senang kalau ke klinik kecantikan ketemu dokter jadi bisa konsultasi. Selama ini saya mengira kalau jenis kulit wajah saya itu berminyak, eh tahunya dari hasil pemeriksaan itu ada cenderung ke kering.

Oh iya dokternya bernama Dokter Tiara. Cantik dan cekatan, membuat saya yang sering ragu jadi yakin. Dokter Tiara ini dokter spesialis kulit jadi paham benar apa yang kulit kita butuhkan. Karena waktu itu adalah kunjungan saya yang pertama, Dokter Tiara lebih bertanya treatment apa yang selama ini saya pakai. Saya jelaskan dong apa saja yang sudah pernah kulit lalui sampai hari itu. Cuma sebentar saja konsultasinya. Dokter menyarankan saya untuk infus whitening (atau infus apa lupa namanya). Tapi saya menolak, tepatnya saya masih belum siap kalau harus menjalankan treatment yang pakai infus-infus. Padahal dalam hati berharap banget.

Babies Face Peeling

Karena enggan untuk infus, dokter menyarankan untuk peeling. Nah kalau yang ini saya suka. Udah beberapa kali ikut peeling, jadinya berani nyobain. Peeling ini berfungsi untuk mengangkat sel kulit mati. Jadi wajah yang sebelumnya macem kulit badak itu akan mendapat perawatan terus ada pengelupasan kulit (ini aman kok) baru sesudahnya akan tampak bersih.


 Sebenarnya peeling ini bisa sering-sering. Selama merasa kulit sudah macem ketumpuk macem-macem, boleh lakukan pengangkatan kotoran yang menempel.

Macam-macam peeling di babies glow:

-          Youthful peel, yaitu peeling glowing untuk kulit berminyak

-          Ligthening glow peel, peeling glowing untuk semua jenis kulit, bekas jerawat dan kusm

-          White moist peel, peeling glowing untuk kulit kering

-          By acne peel, ini perawatan peeling untuk kulit berjerawat

-          Milk white flawless peel ini cocok untuk segala jenis kulit dengan efek minim pengelupasan atau pengelupasan dengan klembut

-          Beauty eye peeling. Cocok buat yang punya kantong mata macem mata panda, biar samar bisa coba treatment ini lho.

 

Selama treatment enak sih. Mbak-mbak terapisnya asyik banget. Cekatan dan enggak pelit obrolan. Bahkan kasih tahu juga treatment apa saja yang sebaiknya saya ambil lain kali. Pula berkabar apa saja yang lagi diskonan. Ya lumayanlah untuk wajah glowing di tahun baru.

Selain peeling masih banyak kok treatmen lainnya, misalnya flek treatmen, perawatan untuk kulit berjerawat, facial juga untuk perawatan bibir.

Oh iya, selain ada treatment perawatan kulit, di babies glow juga menawarkan untuk krim pagi dan malam juga beberapa rangkaian produk perawatan kulit. Ya karena saya tertarik, besok-besok saya akan balik lagi.

Selama treatment jika ada yang nunggu, juga ada coffe break. Ada minuman dan cemilan ringan yang bisa kamu icip-icip saat nunggu giliran treatment.

Nanti kalau kamu ke sini, kabar-kabar ya. Siapa tahu kita bisa barengan.

0 comments: