Friday, 1 May 2020

Puisi-puisi Sepanjang Hari

Puisi-puisi Sepanjang Hari


Puisi-puisi sepanjang hari memenuhi bangku-bangku taman. Berlembar-lembar ingin menari.
Puisi serupa nasi yang biasa kita makan. Ada kalanya nasi pun ditukar dengan karbohidrat lain. Pula ditambah sayur dan lauk untuk menambah semarak rasa. Puisi yang ibarat nasi, begitu mudah beradaptasi.
27 April lalu kita memperingati hari puisi nasional. Konon tanggal ini diambil dari hari lahir si pencipta 'binatang jalang'. Siapa tak kenal Chairil Anwar? Polah, rupa juga diksi yang ia lahirkan adalah kenyataan. Orang-orang mengganjarnya dengan bapak puisi modern
Selain Chairil Anwar, Taufik Ismail juga adalah deretan tokoh perpuisian Indonesia. Sajak panjang, adalah diksi-diksi yang beliau lahirkan.

Hari ini saban hari puluhan bahkan ratusan puisi tercipta. Lahir dari tangan dan renungan seorang. Sesekali puisi itu melenggang, melompot hingga menyentuh awan. Dielukan, dipuja, diperbincangkan pula disalin untuk sekedar menggombal.
Lantas banyak pula puisi berhenti dalam anggokan debu-debu dalam laci. Selembar kertas kusut tampak hasil karya tangan tak sabaran. Puisi-puisi bisu, menunduk lesu karena tuannya tak menghendaki.

Pada suatu masa yang lain. Seorang Gadis Anggun duduk pada hamparan rumput. Tak ada kertas, tak ada bolpoin. Jemarinya asyik mengetuk keyboard ponsel. Seolah itu saja cukup. Padahal tidak. Jika kita maju sejengkal lebih dekat, ada garis-garis kesal di wajahnya. Mungkin dia marah lantaran lupa membawa serta kertas dan bolpoin yang selama ini jadi kawan karibnya.

Atau bisa jadi Gadis itu sedang murka pada keadaan.
Biarlah nanti kita tengok lewat puisi yang ditulisnya.

Puisi adalah doa. Begitu sebagian orang memaknai. Doa perantara yang menghubungkan rasa dan rupiah. Aha, sedikit menggelitik tapi memang demikian.
Tahu betapa banyak sastrawan yang hidup dari lembaran puisi?
Berapa banyak panggung panggung puisi yang tak begitu menjanjikan namun selalu candu untuk terus disinggahi?

Aan Mansyur tentu contoh nyata betapa puisi adalah pundi-pundi kehidupan. Musisi-musisi memulai bait lagu dari puisi. Puisi mengalir pada setiap jiwa-jiwa yang menginginkan.

Berpuisi seolah kita sedang menyantap makan malam. Kadang sedikit terlambat, sedikit sederhana tidak jarang kelewat mahal. Tak ada takaran pas. Tak ada kata baku. Semua boleh ambil peran.

Begitu pun Gadis Anggun yang duduk di padang rumput. Puisi ciptaannya telah hadir. Ia menepuk paha, berdehem lantas berucap:
'jika memang harus berakhir
Mengapa kita merengek?
Kita sama-sama bahagia
Atau sama-sama luka?
Biarkan saja akhirnya seperti ini.
Seperti puisi.'
(Seperti Puisi, Gadis Anggun | 2020)

Puisi-puisi hadir sepanjang waktu.  Bahkan meski ini akhir dari segalanya, puisi-puisi selalu ada. Sebab dia adalah juga doa.

7 comments:

  1. Wow, ternyata dikau suka pada puisi juga tho? BTW seingatku, hari lahir Chairil Anwar 26 April, sementara Hari Puisi Nasional pada 28 April.



    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebelum nulis panjang, aku nulisnya puisi. Puisi emang rada sulit. Kalau kaya guruku dulu, puisi itu tingkat kesulitannya level atas dibanding jenis tulisan yang lain.
      Kalau bisa nulis puisi konon udah pasti bisa nulis cerpen. Bisa nulis cerpen, belum tentu bisa nulis puisi. Jal pie kui

      Delete
  2. Kak, aku tadi bacanya sambil mencerna dalam-dalam. Emang puisi itu susah kalau gak fokus atau emang bakat di sana hahaha. Aku dulu suka bikin puisi pas SD. Semakin ke sini paling nyoba bikin musikalisasi puisi aja yang ditulis temen.

    ReplyDelete
  3. Wahhh kalau aku suka jokpin jugaa, aan mansyur juga, kapan buku puisimu terbit miss, aku mau memilikinya juga. Btw puisimu kok sedih tentang luka dan akhir. Hmmm mungkin kita tak perlj merengek pada hidup yang harus terus berjalan eaaa apa sih aku ini noyor diri sendiriπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sama pak Jokpin udah kek bapak anak dong.
      Sama Aan Mansyur yang aku agak malu. Gara-gara waktu itu ketemu tapi belum kenal, perdana ketemu, akunya bilang: ini siapa?
      Dia jawab: Aan.

      Aku agak mikir lama, habis itu pura-pura dipanggil terus kabur

      Delete
  4. Jadi inget masa2 seneng puisi pas masih ABG, apa2 dibikin puisi, terutama suasana hati. Kalau baca puisi org, suka senyum2 sendiri kalau sesuai isi hati. Terus berkarya dalam tulisan ya kakmini.

    ReplyDelete
  5. Aku pengikut setia Aan Mansyur, berawal dari cuitannya di Twitter yang unik tapi makjleb, meski kadang pakai Bahasa Inggris. Terus penasaran sama karyanya ternyata bagus-bagus bukunya dan ternyata maknanya dalem dan luas, dan bener seperti katamu, mencakup semua pundi-pundi kehidupan...

    ReplyDelete