Cantik,
Tidak jarang nasehat (baik yang diucapkan secara santun mau pun terkesan menghakimi) sering datang menghampiri. Rasanya ada saja yang bisa mereka omongkan tentang saya.
Saya yang kesepian. Saya yang tidak punya teman. Saya yang introver. Saya yang sangat nelangsa. Saya yang terpuruk. Saya yang tidak bahagia. Saya yang belum bisa membahagiakan orangtua. Saya yang menua tanpa pendamping. Saya yang dibilang tidak laku. (Mendadak ingin jualan sesuatu).
Bukan hanya kaum old, mereka yang seumuran dengan saya rajin sekali bertanya. Mengorek segala macam hal. Mending kalau sekali dijawab udah, lha ini semacam kejar-kejaran.
Udah melebihi wartawan saja. Padahal wartawan yang selama ini mewawancarai saya biasa aja gak pernah tanya kapan saya bakal nikah. Ehe
Belum lagi saya malas kalau harus muncul kerutan di wajah. Sia-sia dong rutinitas skin care dan mandi parfum yang tiap hari saya jalani. Oh tidak, saya tidak perlu mengeluarkan energi untuk menanggapi ocehan kanan kiri.
Penting tahu siapa calon kita sebelum beneran mengikat hubungan yang akan dijalani sepanjang sisa hidup ini.
Ditahap ini asli saya masih gelap abu-abu. Nyali pun masih kembang kempis. Hari ini hayuk, besoknya nanti-nanti. Emang iya ini anaknya susah keluar dari zona nyaman. Tolong jangan dicontoh!
Saya sangat mencintai makanan, maksudnya jika ada makanan di piring maka saya akan berusaha menghabiskannya.
Saya bukan orang yang berlebihan dalam makan pun dalam belanja. Selain karena hemat juga karena ingat gimana rasanya zaman pernah kelaparan. Susahnya ampun. Maka kalau sekarang bisa makan, yuk makan dengan bijak.
Gaya hedon, big no.
Daripada saya mengerutkan kening setiap hari, mending sudahi saja yang belum terlampau jauh.
Lebih damai dan nyaman.
Fisik di sini lebih ke dia yang mencerahkan mata. Yang nyenengin dipandang. Enggak butek.
Punya tampilan yang rapi. Saking saya sukanya sama laki-laki rapi, sampai saya juga ikut-ikutan merapikan diri sendiri dulu. Malu oe kalau ketemu laki-laki rapi tapi sebagai Gadis Anggun malah saya terlihat semrawut.
Yang standarkualitas super saja. Gak bau ketek. Rajin sampoan. Pakai parfum.
Nah demi mendapat someone yang demikian, maka saya mendukung diri dengan macak demikian adanya.
Saya juga haruslah wangi.
Kadar cinta saya pada diri sendiri akan naik saat tubuh dalam keadaan wangi harum semerbak.
Tapi kata teman, kalau sudah masuk kamar mandi maka saya akan lama keluarnya.
Ya gimana ya, mandi itu memulainya memang susah tapi kalau sudah nyentuh air maka akan susah buat udahan.
Demi menunjang keharuman paripurna saya stok body wash yang cocok.
Vitalis Perfumed Moisturizing Body Wash adalah satu merek body wash yang harumnya cocok untuk saya. Aromanya menenangkan dan enggak norak. Bagai mandi parfum jika sudah menyentuh lembut sabunnya.
Saya koleksi tiga jenis Vitalia body wash;
1. White Glow (Skin brightening) dengan kandungan Licorice dan Susu membantu mencerahkan kulit.
2. Fresh Dazzle (Skin refreshing) dengan kandungan Jeruk Yuzu dan Teh Hijau memberikan kesegaran saat mandi dan membuat mood lebih baik.
3. Soft Beauty (Skin nourishing) dengan kandungan Alpukat dan Vitamin E membantu menutrisi kulit dan menjadikannya lembap.
Perkara Mandi Parfum Hingga Memilih Jodoh
Sebagai Gadis Anggun lajang diusia mendekati kepala tiga, rasanya banyak banget yang memandang kasihan kepada saya. Dari tatapan dan ucapan orang-orang di sekitar, bisa disimpulkan bahwa mereka menganggap keadaan saya begitu menyedihkan. Seolah saya ini makhluk yang kurang kasih dan sayang.Tidak jarang nasehat (baik yang diucapkan secara santun mau pun terkesan menghakimi) sering datang menghampiri. Rasanya ada saja yang bisa mereka omongkan tentang saya.
Saya yang kesepian. Saya yang tidak punya teman. Saya yang introver. Saya yang sangat nelangsa. Saya yang terpuruk. Saya yang tidak bahagia. Saya yang belum bisa membahagiakan orangtua. Saya yang menua tanpa pendamping. Saya yang dibilang tidak laku. (Mendadak ingin jualan sesuatu).
Bukan hanya kaum old, mereka yang seumuran dengan saya rajin sekali bertanya. Mengorek segala macam hal. Mending kalau sekali dijawab udah, lha ini semacam kejar-kejaran.
Udah melebihi wartawan saja. Padahal wartawan yang selama ini mewawancarai saya biasa aja gak pernah tanya kapan saya bakal nikah. Ehe
Oh, baik lah. Masih banyak yang lain lagi. Saya tidak dan kadang bertanya apakan ini ujian atau candaan yang dikirim Tuhan agar saya selalu bisa tertawa sekaligus berjuang menghadapi suara-suara dari kanan kiri?
Apa pun judulnya, saya mencoba terbiasa dengan situasi ini. Bahkan lebih dari itu, saya mulai menikmatinya. Seolah sedang menikmati gelato di siang nan terik.
Usia saya sudah bukan masanya usia emosian. Bukan pula usia galauan. Bagaimana nasibnya saya kalau sebentar-sebentar galauan? Padahal hampir setiap hari ada saja 'tatapan kasihan' untuk saya.
Belum lagi saya malas kalau harus muncul kerutan di wajah. Sia-sia dong rutinitas skin care dan mandi parfum yang tiap hari saya jalani. Oh tidak, saya tidak perlu mengeluarkan energi untuk menanggapi ocehan kanan kiri.
Dulu sekali memang saya sempat menargetkan diri untuk nikah di tahun 2020. Nyatanya di bulan ketiga tahun 2020 ini saya justru santai, jangankan mikirin nikah. Saya malah main-main dengan diri sendiri. Menantang diri sendiri untuk ini itu. Rasanya akan banyak hal yang kelak akan susah saya lakukan jika sudah menikah.
Lagian, di tahun ini saya kembali menjomblo dan masuk dalam barisan jomblo jomblo bahagia. Jadi pikiran untuk nikah segera tersingkir diganti dengan rencana rencana memanjakan diri sendiri. Mandi parfum, rebahan santuy, masak-masak, dan lirik sana sini. *Ampun ratjun memang
Bukan maksud abai dengan warning kepala tiga. Saya hanya berkeyakinan kalau untuk mencintai orang lain maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah mencintai diri sendiri dulu.
Orang-orang yang kenal saya lebih dari satu dekade akan beranggapan saya ini orangnya pemilih. Padahal sebenarnya tidak juga. Saya bukannya pemilih. Tapi saya ini sering banyak enggak cocoknya. *Apa sih kalimat ini membingungkan sekali.
Orang-orang yang kenal saya lebih dari satu dekade akan beranggapan saya ini orangnya pemilih. Padahal sebenarnya tidak juga. Saya bukannya pemilih. Tapi saya ini sering banyak enggak cocoknya. *Apa sih kalimat ini membingungkan sekali.
Intinya, saya ini orangnya kelewat pasrah. Tidak banyak menuntut. Namun jika ada satu hal yang enggak saya suka, ambyar sudah semuanya. Kadang saya menganggap diri sendiri terlalu tega. Terlalu jahat.
Udah ketemu orang baik-baik sesuai kriteria, eh begitu tahu ada satu saja kebiasaan yang enggak saya banget, langsung lambaikan tangan: bhay.
Semudah itu bilang 'enggak'.
Udah ketemu orang baik-baik sesuai kriteria, eh begitu tahu ada satu saja kebiasaan yang enggak saya banget, langsung lambaikan tangan: bhay.
Semudah itu bilang 'enggak'.
Perkara Jodoh
Katanya, jodoh kita adalah cerminan dari diri kita.
Ya sudah maka saya harus mencintai diri sendiri agar pasangan saya nanti juga seorang yang juga mau mencintai dirinya sendiri.
Simpel! Atau ribet?
Ya sudah maka saya harus mencintai diri sendiri agar pasangan saya nanti juga seorang yang juga mau mencintai dirinya sendiri.
Simpel! Atau ribet?
Orang-orang yang mencintai diri sendiri biasanya enggak akan mudah merusak diri sendiri pun menyakiti orang lain. (Mini GK 2020)
Penting tahu siapa calon kita sebelum beneran mengikat hubungan yang akan dijalani sepanjang sisa hidup ini.
Ditahap ini asli saya masih gelap abu-abu. Nyali pun masih kembang kempis. Hari ini hayuk, besoknya nanti-nanti. Emang iya ini anaknya susah keluar dari zona nyaman. Tolong jangan dicontoh!
Pernah saya ketemu orang, baik banget, tapi suatu hari saya putuskan kalau orang ini enggak cocok dengan saya usai jamuan makan malam. Why? Kenapa bisa? Saat makan malam itu saya baru tahu kalau dia suka menyisakan makanan. Ini enggak benar. Ini enggak cocok buat saya.
Saya sangat mencintai makanan, maksudnya jika ada makanan di piring maka saya akan berusaha menghabiskannya.
Saya bukan orang yang berlebihan dalam makan pun dalam belanja. Selain karena hemat juga karena ingat gimana rasanya zaman pernah kelaparan. Susahnya ampun. Maka kalau sekarang bisa makan, yuk makan dengan bijak.
Gaya hedon, big no.
Saya juga tidak cocok dengan orang yang makannya berantakan. YaLord, beneran lihat orang dewasa makan dengan berantakan itu bikin stress. Okelah kalau makan sendiri di rumah sendiri tanpa orang lain. Kalau di tempat umum? Ah, tidak. Saya tidak cocok.
Daripada saya mengerutkan kening setiap hari, mending sudahi saja yang belum terlampau jauh.
Lebih damai dan nyaman.
Bagaimana dengan perokok?
Saya tidak pernah cocok dengan asap rokok. Gak ada zamannya bisa temenan sama satu ini. So, meski setampan apa pun laki-laki di depan saya, jika dia ketahuan hobi merokok, auto mundur alon-alon.
Saya tidak pernah cocok dengan asap rokok. Gak ada zamannya bisa temenan sama satu ini. So, meski setampan apa pun laki-laki di depan saya, jika dia ketahuan hobi merokok, auto mundur alon-alon.
Saya baru akan sedikit merespon jika ada orang yang gaya komunikasinya asyik. Jika ngobrol bisa meluas sampai mana-mana pula tidak suka menghakimi. Saya tidak butuh orang yang sok jenius sok pinter sok maha tahu. Tapi butuh orang yang bisa mempertanggungjawabkan apa yang sudah diucapkannya.
Katanya dari mata turun ke hati. Okelah, jujur penampilan fisik kadang masih jadi hal pertama yang saya lihat. Ya iyalah, mana bisa menilai kadar keimanan seseorang padahal baru sekali jumpa. Udah pastilah fisik yang mudah diindera.
Bukan perkara dia glowing atau tinggi menjulang bak oppa-oppa Korea atau macem Orlando Bloom. Bukan, bukan yang gituan. Meski kalaupun ada yang gituan, bolehlah.
Bukan perkara dia glowing atau tinggi menjulang bak oppa-oppa Korea atau macem Orlando Bloom. Bukan, bukan yang gituan. Meski kalaupun ada yang gituan, bolehlah.
Fisik di sini lebih ke dia yang mencerahkan mata. Yang nyenengin dipandang. Enggak butek.
Punya tampilan yang rapi. Saking saya sukanya sama laki-laki rapi, sampai saya juga ikut-ikutan merapikan diri sendiri dulu. Malu oe kalau ketemu laki-laki rapi tapi sebagai Gadis Anggun malah saya terlihat semrawut.
Tolong dicatat, rapi yes, bukan glamor atau penuh dengan branded.
Penting juga laki-laki itu harum. Saya akan auto males kalau ketemu sama orang yang apek (baukkk). Hidung pesek ini terlalu sensitif untuk aroma-aroma.
Wangi bukan berarti harus guyur parfum sebotol juga, yes. *Saya pernah ketemu laki yang beginian, sungguh diluar ekspektasi
Wangi bukan berarti harus guyur parfum sebotol juga, yes. *Saya pernah ketemu laki yang beginian, sungguh diluar ekspektasi
Yang standar
Nah demi mendapat someone yang demikian, maka saya mendukung diri dengan macak demikian adanya.
Saya juga haruslah wangi.
Kadar cinta saya pada diri sendiri akan naik saat tubuh dalam keadaan wangi harum semerbak.
Saya sampoan minimal dua hari sekali. Mandi harus, meski kadang males parah.
Iya oe, demi dapat jodoh yang wangi saya harus rela pula mandi sering-sering.
Iya oe, demi dapat jodoh yang wangi saya harus rela pula mandi sering-sering.
Tapi kata teman, kalau sudah masuk kamar mandi maka saya akan lama keluarnya.
Ya gimana ya, mandi itu memulainya memang susah tapi kalau sudah nyentuh air maka akan susah buat udahan.
Demi menunjang keharuman paripurna saya stok body wash yang cocok.
Vitalis Perfumed Moisturizing Body Wash adalah satu merek body wash yang harumnya cocok untuk saya. Aromanya menenangkan dan enggak norak. Bagai mandi parfum jika sudah menyentuh lembut sabunnya.
Saya koleksi tiga jenis Vitalia body wash;
1. White Glow (Skin brightening) dengan kandungan Licorice dan Susu membantu mencerahkan kulit.
2. Fresh Dazzle (Skin refreshing) dengan kandungan Jeruk Yuzu dan Teh Hijau memberikan kesegaran saat mandi dan membuat mood lebih baik.
3. Soft Beauty (Skin nourishing) dengan kandungan Alpukat dan Vitamin E membantu menutrisi kulit dan menjadikannya lembap.
Sebenarnya saya sudah lama berhenti memakai sabun pabrikan. Itu karena salah satu teman mencoba produksi sabun sendiri. Saya lihat mulai dari cari bahan dan alat (termasuk beli susu) sampai pembuatannya. Jadi saya aman pakai sabun darinya.
Kasusnya beda lagi dengan Vitalis ini. Packaging cute. Botolnya tidak yang gede banget jadi bisa dipakai kalau mau jalan-jalan. Pula bukan botol kecil banget yang mulai saya hindari.
Pilihan mencoba mandi parfum dengan Vitalis tentu saja karena aroma. Saya suka wanginya. Hidung saya mudah luluh kalau ketemu aroma yang asyik. Dan auto ngomel kalau ketemu bau tak sedap.
Saat menyentuh kulit, sabunnya begitu lembut. Ada sensasinya saat dibalurkan ke kulit lalu dipijat sebelum diusap dan dibilas.
Ya semenarik ini ritual mandi saya, wajar kalau sering lama sampai membuat teman senewen.
Gak ada ceritanya mandi kok cuma lima menit. Ya mending gak usah mandi.
Lima menit itu cuma cukup buat cuci muka sama tuang sabun doang.
Selain wangi Saya juga akan merasa cocok dengan laki-laki penyuka buku. Saya bisa berlama-lama dekat dengan orang yang punya hobi baca dan suka dongeng. Meski suara saya tidak terlalu seksi, tapi saya suka mendongeng. Jadi akan satu rasa jika ketemu orang yang bisa mencintai dongeng.
Jadi teman-teman yang baca postingan ini, jikalau kalian menemukan ada laki-laki lajang cerdas dengan riwayat pekerja keras, good looking dengan keharuman paripurna sedang mencari jodoh, boleh berkabar ke Gadis Anggun.
Yah, namanya usahakan suka-suka, boleh-boleh saja.
Yah, namanya usahakan suka-suka, boleh-boleh saja.
26 comments: