perjalanan,
Berburu Matahari di Sleman
#ayokeSleman
Menyenangkan itu kalau ada yang nawarin piknik bareng-bareng. Saya sudah membayangkan suasana yang menyenangkan, seru dan tentunya kenalan-kenalan baru.
Kamis (19/10) kemarin saya diajak keliling obyek wisata baru di Sleman. Ada sekitar 20 orang yang diajak, terdiri dari blogger dan potografer. Kami memakai Rich Hotel sebagai titik kumpul, namun karena saya terlalu jauh jika harus ke sana, saya memilih untuk menunggu di Tebing Breksi. Sekalian aja saya nenda di Breksi secara sudah berhari-hari berkegiatan di Breksi. Sudah macem pahatan batu saja.
Janjian ketemuan di Breksi sekitar pukul 13.00, ternyata saya datang lebih awal dibanding teman-teman yang lain. Ketika saya tiba, belum ada orang yang saya kenal kecuali Kakak Arif dari Shiva Valley pengelola Jeep. Saya mah kalau perkara piknik pantang buat telat.
Saya menunggu di Breksi sembari menikmati pemandangan Breksi yang kokoh.
BREKSI
Banyak yang mengira jika Breksi hanyalah batu raksasa yang dipahat sedemikian hingga dan akhirnya menjadi sebuah tempat wisata.
Salah. Breksi yang terlihat itu sesungguhnya adalah saksi sejarah. Memang benar jika saat ini kita melihat Breksi sebagai batu raksasa icon wisata. Namun lebih dari itu semua, Breksi adalah sejarah dan bukti jika zaman dulu daratan Jawa adalah lautan.
Jika mau meneliti lebih jauh, tengok guratan-guratan yang ada di batu Breksi. Berhenti untuk mendatangi Breksi hanya demi foto selfie. Sesekali datanglah untuk meneliti, mengenal sejarah dan melindungi warisan leluhur.
Sebelum ke Breksi ada baiknya jika baca-baca dulu tentang literatur bebatuan. Agar bisa lebih memahami dan merasa memiliki sesuatu yang sangat berharga.
Sebelum jadi tempat wisata, dulunya Breksi dipakai warga untuk mencari penghasilan dengan cara menjadi penambang batu. Seiring banyaknya penelitian ternyata batuannya mengandung bahan vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran, maka resmilah daerah ini menjadi cagar budaya yang wajib dilindungi. Sadar akan hal itu, penduduk pun berhenti menambang dan atas inisiatif banyak pihak jadilah Breksi menjadi tempat wisata dengan tebingnya yang kokoh dan pemandangan yang memukau dari tebing.
Jika sedang di Breksi kita bisa melihat panorama kota Yogyakarta yang memukau dari ketinggian.
Perlu pula diketahui jikalau sudah sampai Breksi ada baiknya mengambil jalur tour selanjutnya. Biar pikniknya lebih berfaedah.
Kemarin Kamis saya enggak nyangka banget jika akan diajak piknik ketiga tempat sekaligus. Plus bonus pikniknya ditemani Bapak Bupati Sleman. Nah kan, asyik bin pengalaman yang mungkin akan sulit terulang.
Saya dan teman-teman naik Jeep dari Breksi ke Watu Payung lalu ke Bukit Teletubbies lalu mengejar sunset di Bukit Klumprit.
Watu Payung
Sebagai #DutaDamai saya enggak asing lagi dengan tempat wisata satu ini. Letaknya ada di atas Candi Ijo. Kalau dari Tebing Breksi kira-kira sepuluh menit naik jeep.
Tempatnya syik, hijau dan damai. Dari atas bisa menyaksikan pemandangan di kejauhan yang tampak hijau.
Tempat yang wajib dikunjungi oleh mereka mereka yang selama hidup sudah capek melihat gerumbulan gedung dan kemacetan jalan.
Kalau saya ke sini, bawaannya pingin nyunggi tenda dan bermalam sampai beberapa hari. Adem banget jadi wajib bawa jaket.
Disebut Watu Payung karena ternyata ada sau batu besar banget yang posisinya semacam payung gitu, penyangganya kecil namun batunya kokoh.
Kalau lagi main ke sini hati-hati ya jangan sampai merusaknya.
Bukit Teletubbies
Bukit ini lucu dengan taman kecil yang hijau. Dari sini kita bisa melihat rumah Teletubies, rumah Dome yang bewarna-warni. Dome itu dibangun menyerupai rumah di kartun teletubies. Usianya sudah sepuluh tahun lebih. Saat ini ada sekitar 30 unit rumah. 20 dihuni penduduk, sisanya merupakan kantor, home stay dan tempat pertemuan.
Dulunya rumah ini dibangun untuk menampung warga yang kena gempa dahsyat 2006 silam. Bangunannya dibangun oleh bantuan luar negeri. Hari ini selain sebagai tempat tinggal, daerah ini juga sebagai tempat wisata.
Bukit Klumprit
Saya harus berjalan dari tempat parkir jeep menuju Bukit Klumprit.
Saya tidak masalah karena sudah menyiapkan kostum sesuai dengan keadaan alam, saya sudah mikir bakal piknik di gunung maka harus siap-siap. Saya aman, teman-teman saya aman, Pak Bupati tidak terlalu. Pasalnya beliau memakai seragam Kamis Pahingan, yaitu surjan jarik berikut selop. Ya bayangin aja gimana susahnya naik gunung dengan alas kaki berupa selop.
Namun nyatanya beliau bergembira seperti yang lain.
Kalau saya mah setiap saat juga bergembira.
Tiduran di atas batu raksasa menghadap langit dengan ditemani angin sore sungguh menyenangkan. Rasa-rasanya saya malas kalau disuruh bangkit lagi.
Saya datang habis ashar, masih agak sore dan harus menunggu sampai matahari terbenam. Tujuan utama tentu saja sunset.
Apa pun pokoknya demi sunset.
Awalnya saya bahagia saja karena cuaca cukup hangat, nyatanya semakin petang udara semakin lembab. Tangan saya berubah keriput jika tidak beraktivitas. Tempat ini menyenangkan dan jauh dari polusi, kecuali beberapa plastik yang merusak pemandangan. Pohon-pohon berjajar cukup apik.
Ada beberapa penduduk yang mencari rumput di sekitaran bukit. Saya bertanya-tanya di mana kira-kira mereka tinggal secara begitu tingginya tempat ini. Saya jadi mikir dong seberapa besar perjuangan ibu-ibu pencari rumput tersebut.
Yang jelas kalau sudah sampai Breksi jangan lupa untuk keliling tempat wisata yang lain.
Berburu sunset dengan suasana tenang memang cocok di Bukit Klumprit. Jika mau berinstastory jangan khawatir karena tempat ini terjangkau sinyal 4G.
Jika ingin mnyewa Jeep, ada baiknya saya kasih tahu tarifnya:
- jarak pendek 200 ribu dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam.
- jarak medium butuh biaya 300 ribu dengan waktu tempuh dua setengah jam.
- jarak jauh sekitar 400 ribu dengan waktu tiga jam.
Wow.. Cepet sekali postingan barunya..
ReplyDelete