Gaya

Tentang Rasa Dari Mata Turun Ke Hati

7/27/2019 07:31:00 pm Mini GK 39 Comments

Kadang kala pembeli itu menjelma serupa seorang yang sedang jatuh cinta, mula-mula ia akan tertarik pada tampilan (fisik) selanjutnya baru kerasa di dada (hati).
Bermula dari tatapan hangat penuh pesona selanjutnya jatuh hati.

Selanjutnya, biarkan rasa bekerja dengan semestinya. Apakah akan bertahan atau cukup hanya singgah sesaat.

Pembeli adalah raja, benar, selain mendapat pelayanan istimewa seorang raja juga pastilah kaya; yang otomatis gampang untuk mengeluarkan uang demi kepentingannya.

Lantas bagaimana dengan pedagang (penjual)?
Tenang, sebab penjual adalah 'tuhan' sang pencipta.
raja tanpa 'tuhan' maka tiada arti.


Tempo hari seorang kawan berkeluh kesah kepada saya. Sebagai kawan baik, saya sok-sokan menyediakan telinga, sebab kadang kala yang orang butuhkan itu pendengar yang baik, bukan penceramah ulung yang sedikit-sedikit mengharamkan sesuatu. #eh

Ceritanya kawan saya itu lagi dalam tahap ingin mendalami dunia UMKM, ia ingin membuat bisnis dengan merek yang sudah dia godok jauh-jauh hari sebelum produknya launching.

Kawan tersebut berencana produksi sabun mandi berbahan alami (dengan misi ingin membantu menyelamatkan bumi). Cerita sampai di sini cukup membuat saya tertarik; tidak lagi telinga yang saya sodorkan tapi juga tangan dan hati (maksudnya tangan kosong yang siap jika dibutuhkan tenaganya, hati tulus yang selalu akan mendoakan tiap usahanya). Simpel.

Masalah muncul, sebenarnya bukan masalah tapi hanya sedikit kendala yang kami (saya dan kawan) belum pasti yakin kunci mana yang akan menjadi solusi, yaitu tentang pengemasan alias packaging.

"Bisa bantuin gak mikirin pengemasannya?" tanya kawan.
"Emang konsep kamu mau gimana?" tidak menjawab saya justru melempar tanya balik.
"Yang ramah lingkungan. Pokoknya sebisa mungkin minim plastik."
"Udah ada gambaran?"
"Rencana mau aku buat macem besek-besek dari bambu itu. Cuma belum tahu di mana nyari pengerajin bambu yang cocok kantong."

Saya diam sejenak. Bukan mikirin pengerajin bambu di Muntok tapi sedang mengingat dimana kiranya pernah dengar tentang pelatihan packaging.

Main-main di Instagram dan saya langsung ingat dengan PLUT-KUMKM DI Yogyakarta yang sering menjadi mitra baik para pelaku UMKM.

"Coba kamu buka Instagram @plutjogja, di situ tuh gudangnya para pelaku UMKM berlatih banyak hal. Kantornya dekat sama tempatmu. Ntar aku anterin kalau kamu mau. Gabung juga dong di Womenwill sama Gapura Digital. Biar upgrade dan enggak galau saat nanti udah beneran terjun ke UMKM."
Singkatnya habis ngobrol itu, kawan sedikit tercerahkan dan sebentar-sebentar browsing cari alternatif pengemasan yang cocok untuk sabunnya.

Saya bilang kepadanya: pembeli itu mula-mula akan tertarik pada kemasan, kalau kemasannya enggak meyakinkan, ya udah jelas enggak dilirik. gak perlu meriah, simpel tapi mengena.

Bagian mengena itu padahal sulit sekali. Itu cuma bisa-bisanya saya untuk membuat semangat kawan semakin membara.

Seperti yang saya bilang, pembeli adalah raja. Sementara raja seringkali banyak ribetnya dan pasti suka sesuatu yang WOW.
Salah satu cara agar terlihat WOW tentu saja dengan memuaskan indera penglihatan.

Dua merek dengan produk dan kualitas sama; yang satu pengemasannya asal-asalan, yang satu pengemasannya menarik. Pilih mana? Pilih yang menarik pasti.

Maka kepada kawan itu saya sarankan  untuk belajar pengemasan selain tentu saja tanpa mengurangi asas manfaat dan fungsi dari produknya sendiri.

Saya kira hampir semua UMKM sudah paham tentang teknik pengemasan ini. Mungkin yang belum itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan saja. Mungkin sesekali perlu tuh main ke Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta biar banyak mendapat pencerahan.

Belum sempat saya ajak kawan pergi ke kantor PLUT, saya justru main-main ke pameran gelar produk UKM di Pendopo Gabusan Bantul. Tadinya mau ngajak itu kawan, sayang dia lagi sibuk cari susu kambing untuk produk sabunnya. Ya sudah saya main sendiri jadinya.

Tempatnya emang lumayan jauh dari tempat tinggal saya (Gunungkidul). Cuaca juga agak-agak galau bikin niat maju mundur, untungnya enggak sampai kendur.

Saya sampai di Pendopo Gabusan dengan wajah linglung. Why? Soalnya kaget, banyak banget orang yang datang. Saya sampai bingung parkir.
Ternyata di lokasi acara pameran itu ada hiburan jatilan. Ya Tuhan pantas banyak banget manusianya.
Itu beberapa stand UMKM ketutupan penonton. Kalau enggak jalan maju, mungkin pengunjung enggak akan tahu kalau ada stand fashion di dalam pendopo.

Saya masuk ke dalam pendopo, dan hai, seneng banget langsung disambut dengan manekin manekin yang digantungkan. Manekin manekin itu dililit shibori, ecoprint dan batik tulis. Manis-manis, ingin punya; kainnya.

Saya muter macem gasing, seperti kebiasaan pantang belanja sebelum kelar muteri arena. Untung arenanya cuma kecil jadi bisa langsung menentukan pilihan.

UKM dan packaging

Pembeli ibarat orang jatuh cinta: mula-mula memandang dengan mata selanjutnya merasakan dengan hati.
Maka terjadilah, mata saya kepincut pada ecoprint dari MULFA ECOPRINT.
MULFA ECOPRINT
Mbak Ulfa yang jaga stand baik banget. Ya seperti yang orang ketahui saya ini cerewet dan cukup antusias kalau sudah ketemu ecoprint. Maka Mbak Ulfa adalah salah satu orang yang cukup sabar menjawab pertanyaan saya.

"Kami hanya memakai bahan alam, Mbak. Kami juga enggak menyisakan bahan sama sekali. Bahkan daun-daun kering pun kami manfaatkan." Mbak Ulfa mulai berorasi, saya mulai berbinar-binar ingin tahu lanjutannya.

Lantas mata saya jatuh kepada daun-daun, benang, palu dan aneka cuilan kayu dalam wadah yang sekilas mengingat pada  ritual sesaji.
Seakan mengerti kegalauan saya, Mbak Ulfa lanjut bercerita, "tenang, itu bukan sesaji."
Karena Mbak Ulfa senyum, ya saya ikut nyengir.
Uborampe ecoprint

"Itu bahan-bahan yang dipakai untuk membuat ecoprint."
"Oh iya, iya. Saya ingat."  Macem orang gak pernah ngerti ecoprint aja, masak kaya gitu aja gumun, batin saya.
"Kalau kayu-kayu itu, itu yang digunakan untuk pewarna alami."
Mbak Ulfa menjelaskan beberapa kayu yang berfungsi untuk membuat warna kuning, oranye dan coklat. Saya lupa apa nama kayunya, yang jelas saya sempat menciumnya, seolah menemukan harta Karun di dasar samudra.

Mbak Ulfa juga menjelaskan tentang daun-daun yang dipakai untuk ecoprint. Dan ke-norak-an saya kambuh mana kala dengar kabar bahwa daun jati itu biasanya beli lima puluh ribu perkilo, sementara daun Lanang harganya lima puluh ribu persetengah kilo.

Suweerr saya melongo, ingin rasanya saat itu juga panen jati di kebun Bapak dan menjualnya ke Mbak Ulfa. Sayang, tidak semudah itu. Sebab mereka para UMKM biasanya sudah punya jaringan; saling gendong gandeng (istilah ini baru saya dengar hari sebelumnya dari Ibu Dinas Koperasi UKM).

Dari semua stand ecoprint yang saya lihat, baru di MULFA ECOPRINT saya menemukan packaging yang menarik. Kain-kain yang dijual akan ditaruh dalam kotak wadah semacam kado. Cantik dan elegan. Dan saya yakin, pengemasan yang seperti ini membuat barang di tempat ini memiliki harga jual lebih dibanding stand yang lain.
Cantik, jadi ingin unboxing divideoin
Setidaknya begitu yang pernah saya dengar: tambahan pernak pernik meski cuma sedikit bisa membuat produk jadi memiliki nilai jual lebih tinggi bahkan bisa dua kali lipat. itulah kenapa para pelaku UMKM harus kreatif dan menangkap peluang.

Saya mengakhiri obrolan dengan Mbak Ulfa dengan cara bertukar nomer ponsel. Untuk apa? Saya berencana mengajak komunitas untuk ikut pelatihan yang diampu oleh Mbak Ulfa.
Mbak Ulfa punya 'ruang kerja' di Gedung Pyramid yang bisa sewaktu-waktu didatangi jika ingin diajarin kelas ecoprint. Harganya cukup terjangkau. Aman deh. Yang mau kontaknya, bisa komentar di bawah, yes. Ntar saya bagi.

UKM dan Inovasi Baru

Jatilannya belum kelar saat saya selesai ngobrolin ecoprint. Karena saya belum sarapan, kecuali minum segelas susu, saya langsung menuju ke stand kuliner.

Tidak seperti prinsip awal: muter dulu baru jajan, saya langsung main jajan saja saat ketemu penjual keripik jamur.
Jamur crispy dan bakso jamur
Eh sebelumnya nyobain dulu ding, nyobainnya pakai banyak. Saya ngicip keripik jamurnya, tahu-tahu ibu sebelahnya nawarin bakpia pisang, sebelahnya nawarin Pai, ada juga yang jual bawang goreng. BAWANG GORENG my love. Seneng banget ketemu bawang goreng di pameran kali ini secara dulu kalau mau bawang goreng ingatnya ya Palu, Sulawesi. (sayang gak sempat foto-foto itu bawang goreng).

Saya tetap pada pilihan pertama keripik jamur crispy dari Rahma Snack (member koperasi jamur merekah)

Lagi-lagi yang membuat saya tertarik adalah kemasannya yang rapi dan kalau misal ditenteng atau buat oleh-oleh itu cakep bentukannya.
Baru setelahnya mencicipi dan cocok dengan lidah. Jadilah beli.

Ibuknya sedang enggak sibuk, jadi saya ngobrol panjang sama beliau. Apalagi saat saya tahu kalau risoles dan pepes di depan saya juga isinya jamur.
Gak perlu jauh kalau mau "pesta" jamur. Ibuknya bisa menyediakan.
Pepes jamur

"Pepesnya jamurnya juga,  Mbak. Risolesnya juga isi jamur. Mau coba?"
Tentu saja saya menolak. Masak iya semua saya cobain. Kan nanti jadi enak, jadi ketagihan. Eh.

"Memang harganya berapa, Bu?" akhirnya terlontar kata sakti. Gak enak kalau makan gratis.
"Pepesnya empat ribu. Risolesnya seribu lima ratus."
Otak saya langsung berputar, jadi misal mau rapat-rapat komunitas bisa nih ambil dari ibuk. Menarik lho, apalagi buat yang enggak makan daging.
Risol jamur
Hai bukan hanya itu, ibuk juga menawarkan bakso bakso yang dijualnya. Bakso itu sama, bakso jamur.

Nah lho, setelah sebelumnya kenal bakso Kelor sekarang kenal bakso jamur. Emang UMKM itu juaranya berinovasi. Pantas bapak dari kemenhum yang ngurusin HKI memuji para UMKM yang selalu update dan upgrade varian baru dalam karya-karyanya.

"Buat bakso daging lebih mudah dibanding bakso jamur, Mbak." Ibuk menjelaskan saat saya pilih-pilih bakso yang bakal jadi oleh-oleh orang rumah.
"Ini dimakan pakai apa, Bu?" tanya saya takut gak bisa bumbuin.
"Itu sudah dibumbuin, Mbak. Enggak pakai pengawet. Bisa langsung dimakan, atau kalau mau bisa dibuatkan kuah bakso biasa atau disup."

Wahh ya mau dong ya. Dan beberapa jam dari situ baksonya sampai rumah langsung laris dimakan bapak sama mamak.

UKM dan HKI (kekayaan intelektual)

Masih di stand kuliner saya ketemu lagi dengan olahan jamur. Bedanya, yang tadi jamur crispy dan segala olahan jamur, nah yang ini adanya kripik jamur tiram dengan aneka rasa.

Pernah ngerasain jajanan kriuk rasa jagung atau balado? Nah ini, Kripik jamur tiram merek YAHOOD milik Buk Wirdah Hidayati punya rasa yang seperti itu: balado, jagung dan original.
Jamur rasa jagung, bayangin aja sendiri.

Tadinya saya engga tahu kalau ada varian rasa seperti itu. Yang membuat saya tertarik untuk mendekat ya karena kemasannya kekinian banget. Desainnya anak muda sekali. Kalau misal di bandara atau stasiun bawa jajanan ini tuh dilihatnya berkelas gitu.
Bener kalau packaging itu bisa menaikkan kelas. Gak heran orang-orang juga pakai makeup untuk tampil lebih wow.

Meski pamerannya di Bantul, ternyata YAHOOD asalnya dari Moyudan, Sleman. Lumayan nyeberang lautan manusia macem saya dari Gunungkidul; jauh itu tuh.
Tapi kalau produknya bisa dicari di beberapa toko oleh-oleh dan juga ada di bandara, stand khusus UKM. Besok kalau mau terbang, bolehlah belanja di sini.

Mbah Wirdah pencerita yang baik. Sambil saya ngemil keripik jamur, saya mendengarkan cerita beliau dalam hal ini tentang bisnis keripik jamur.
Pesan bisa ke sini 085743879110

Untuk jamur yang dipakai ini asalnya dari rumah sendiri. Mbak Wirdah membudidayakan jamur. Katanya jamur itu mudah dipelihara, panennya juga setiap hari. Asal perawatan/ treatment yang dipakai sudah benar, jamur akan terus menghasilkan.

"Kalau nyiramnya gimana, mbak?" tanya karena penasaran.
"Pakai semprotan, Mbak. Saya punya alatnya."
Mbak Wirdah lalu menunjukkan video di ponselnya.

Saya bisa melihat suasana tempat budidaya jamur dan cara peliharaannya. Videonya cukup lengkap meski tidak panjang.

"Alatnya semacam ini. Ini buatan sendiri. Anak saya yang membuatnya. Ini bisa dikontrol dari jauh. Jadi kalau pun saya di sini, saya bisa nyiram dengan pencet tombol di hape. Asal koneksi internet aman, proses siram-siram juga bisa."

Widih keren sekali, anaknya pinter dan kreatif. Mbak Wirda butuh calon mantu?

"Bagus. Videonya udah ada di YouTube, kah? Mau lihat."
"Belum, Mbak." Mbak Wirda tersenyum. "Kebetulan belum kami upload karena ini rahasia dapur kami. Nanti saja kalau sudah punya sertifikat hak kekayaan intelektual."
"Iya Mbak benar. Nanti kalau diklaim yang lain malah sayang."

Widih. Hari sebelumnya saya sempat ikut acara yang bahas HKI, eh di sini ketemu pelaku UKM yang juga sudah sangat melek dan peduli dengan HKI.
Saya semakin yakin kalau UKM ini akan terus jadi penjaga gawang perekonomian suatu negara. Faktanya ketika krisis ekonomi, UKM tidak terlalu goyah. Masih bisa berdiri kokoh.

Ah sungguh beruntung ketemu dengan para pelaku UKM yang sudah teruji semacam ini.
Ingin banget ngajak kawan yang galauan itu untuk menghadiri acara-acara semacam ini. Sayang, dia terlalu sibuk.




You Might Also Like

39 comments:

  1. Yang keren itu mereka yang sudah mau move-on jadi bos untuk diri sendiri

    ReplyDelete
  2. Aku juga pingin eiy punya usaha sabun mandi alami. Kain ecoprintnya bagus2 ya ada IG nya tidak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada kak, bisa cek di MULFA ECOPRINT, cakep cakep packaging yang dipakai

      Delete
  3. Inovasinya keren, risoles jamur, pepes jamur, bakso jamur, semua serba jamur. Memang harus kreatif jadi pengusaha UKM ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Kreatif banget. Olahan jamurnya bisa dibuat macem macem dan yang bakso itu tuh sama sekali gak ada bentuk jamurnya blas.

      Delete
  4. Bikin penasaran dengan produk inovasi kulinernya, kemasannya pun lebih keren dan menarik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sayang kemarin aku kurang eksplor. soalnya keburu malem. jam 8 sudah tutup

      Delete
  5. Kawanmu yang galauan dan cari susu kambing buat produksi sabunnya itu bernama Mida, ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin anda mengenalnya. entahlah beliau itu mau apa setelah sabun sabunnya jadi

      Delete
  6. bagus-bagusss banget batik dan tasnya! kerajinan home industry pun gak kalah yaa sekarang sama industri besar. kualitasnya kerennn dan barangnya cakep-cakep

    ReplyDelete
    Replies
    1. justru yang homeindustry ini lebih keren dari pada pabrikan. kadang cuma dibuat satu item

      Delete
  7. Kok banyak banget produk UMKM yang lucu-lucu si kakak Mini??... Temennya kaka Mini bener tuh, cari packaging yang ramah lingkungan. Sekarang yang namanya sampah plastik bejibun banget, bingung ngolahnya biar nggak jadi pencemaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya bukan salah plastik, tapi salah manusia yang memperlakukan plastik kurang bijak.

      Delete
  8. Wiwin | pratiwanggini.net31 July 2019 at 01:42

    UKM salah satu penggerak perekonomian rakyat, wajib disupport, wajib diedukasi khususnya dari sisi legalisaai agar supaya bisnisnya langgeng.

    ReplyDelete
    Replies
    1. makanya ada perlindungan hukum dan pengaturan HKI

      Delete
  9. Aaaalucu2e tasnyaaa sayang kemarin tidak sempat berkunjung. Barang2 gini emang limited edition yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. dan biasanya hanya satu item gitu. kalau ada yang lain, beda lagi bentukannya

      Delete
  10. Memang benar mbak, packaging menentukan keputusan pembeli..

    Sekarang banyak produk ukm yg packagingnya lucu-lucu..

    Disini nilai jualnya bertambah

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. meski produk dan rasa sama, packaging yang keren berpengaruh pada harga dan jumlah penjualan

      Delete
  11. Selalu suka dengan acara pameran produk UKM, sering dibikin kaget sama produk UKM yang nggak kalah keren dengan produk bikinan pabrik. Btw, Risol Jamurnya bikin penasaran mba, hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga kaget ada makanan itu. yang lebih oyei itu baksonya, luv banget deh

      Delete
  12. Desain batiknya keren.....kepengen batik desain yang kaya gitu, sederhana tapi kaya keliatan mewah

    ReplyDelete
    Replies
    1. cobak custome kak, buat di tempat pegerajinnya pasti asyik

      Delete
  13. Produknya menarik-menarik ya. Sayang. Saya terlewat untuk datang di event ini... Hiks...

    ReplyDelete
    Replies
    1. padahal kan deket ya mbak. sebenarnya produknya cuma dikit. karena sedikit akunya bingung mau jajan mana

      Delete
  14. Sebagian besar kendala produk umkm di indonesia bisa maju adalah packaging yang kurang menarik,yang keduanya adalah pemasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener. dan itu tuh semuanya bermula dari modal dan pengetahuan

      Delete
  15. bener tampilan penting banget apalagi bagi produk UMKM yang memasarkan barangnya
    asli asyik asyik liatnya jadi pengen beli

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. aku termasuk yang jatuh cinta pada pandangan pertama

      Delete
  16. Ya aku klo beli yang kemasannya bagus dan menarik. Makanya kadang produk itu memperbarui kemasan

    ReplyDelete
  17. Wah jadi penasaran nih sama bakso jamur. Rasanya pasti gurih juga soalnya jamur juga sekarang dijadikan kaldu ya.

    ReplyDelete
  18. Bener banget kak...UMKM itu jago banget inovasi. Adaaa aja ya produk-produk unik..entah produknya itu sendiri, entah kemasannya, atau cara jualannya...

    ReplyDelete
  19. Ini nih yang harus dicatat! Inovasi packaging yang nggak hanya keliatan bagus tapi juga minim plastik!

    ReplyDelete
  20. Ya Allah~
    Pepes jamur, jamur crispy...semua per-jamuran, sukses bikin aku ngileeerr...
    Aku suka banget sama jamur.

    Semoga produk UKM ini makin sukses di pasaran dan mampu bersaing.

    ReplyDelete
  21. Ah, judulnya ngingetin aku sama lagunya Jazz yg dari mata turun ke hati itu. Hmmmmm

    ReplyDelete
  22. Menarik banget kegiatannya, judulnya sangat memikat heheh

    salam
    kidalnarsis.com

    ReplyDelete
  23. Terima kasih atas curhat yang berfaedahnya, Kak. Sangat menginspirasi saya untuk jadi pengusaha. Blantik dong jati, keknya peluang menjanjikan.

    ReplyDelete
  24. Waduh aku baca judulnya kirain 'tentang rasa' beneran. ternyata cerita yang sangat menginspirasi. semoga produk UMKM semakin maju dan mampu bersaing di pasar ^^

    ReplyDelete