kuliner,

Mamahke Jogja Bolehkah Saya Bercerita Tentang Kamu dan Teman-temanmu?

5/18/2017 08:31:00 pm Mini GK 0 Comments

Mamahke Jogja


Dua potong cake telah sukses berpindah dari nampan ke mulut lantas melaju ke dalam perut. Nyaris tidak ada sisa kecuali coklat yang entah sengaja atau minta perhatian lebih sampai-sampai harus nempel di bibir dan hampir ke seluruh jemari tangan. Belepotan dan sama sekali tidak terlihat anggun.
Saya sudah mencoba memakannya dengan khusyuk ala-ala Miss Univers, namun tetap gagal, remah-remah kue berhamburan ke rok. Alamak.

Itu yang terjadi dengan saya beberapa hari lalu saat diundang untuk mencicipi menu dari dapur keluarga Mas Hanung dan Mbak Zaskia.

Pagi jelang siang yang terik, saya sampai tidak bisa membedakan mana sekumpulan anak-anak berlatih karate dengan air mancur. Sungguh terlalu pengelihatan saya hari itu. Tepat di selatan Tamansari atau di jalan Tamanan, dapur Mas Hanung berdiri. Belum begitu sempurna ketika saya datang. Masih dalam tahap renovasi.

Saya dan teman-teman diundang untuk memcicipi sekaligus memberi masukan pada menu yang sedang digarap. Konon menu itu akan menjadi menu andalan yang kelak akan meramaikan dunia kuliner Yogyakarta.

Oleh Mas Hanung dan keluarga jajanan yang sedang mereka gadang-gadang menjadi salah satu alternatif oleh-oleh itu diberi nama “Mamahke Jogja”.

Tolong ya jangan salah mengeja; mamahke Jogja, bukan mamah ke Jogja. Karena mamahke di sini diambil dari bahasa Jawa berasal dari kata mamah (mengunyah), mamahke bisa berarti mengunyahkan. Beuh, repot bener pakai acara dikunyahkan segala. Kujadi ingat balita atau anak burung yang sering makannya dimamahke dulu sama orangtua mereka.


Mamahke dan selebriti Tanah Air

Saya sudah mencoba beberapa jajanan yang konon dikelola atau dimiliki oleh selebriti negeri ini. Enggak usah disebut ya jajanan siapa-siapa saja, dunia juga sudah tahu kalau saya ini doyan makan.
Karena saya ini orangnya enggak bisa diam, maka ketika ketemu langsung sama selebritinya pasti saya tanya-tanya dong kenapa dan mengapa akhirnya terjun di dunia kuliner dan memilih daerah (maksudnya bukan di Ibu Kota).

“Karena aku ingin jika pulang ke Jogja maka punya kegiatan. Aku ini perempuan yang enggak bisa diem. Di Jakarta setiap hari ngurus anak-anak, rumah dan segala macem. Kalau pas balik ke Jogja mendadak aku enggak punya kerjaan apa pun karena malah aku dilayani mertua. Kan akunya jadi enggak enak. Jadi buka usaha Mamahke ini berharap nanti bisa punya kesibukan,” tutur Mbak Zaskia sambil menawarkan produk Mamahke ke teman-teman.

Konon Mamahke ini juga memakai resep yang diturunkan dari Ibundanya Mas Hanung. Itu yang membuatnya beda dengan panganan yang lain.

Sambil mencoba mengira-ira apa saja bahan yang dicemplungkan dalam adonan cake itu (dengan cara mengunyah sambil sok-sok menelaah) saya mendengar tuturan selanjutnya dari Mas Hanung tentang mengapa mereka buka tempat oleh-oleh berisikan jajanan.

“Tujuannya ingin memberikan alternatif oleh-oleh jika ada temen main ke Jogja. Kalau membuat film itu sudah pekerjaan biasa. Bisnis kuliner ini baru bagi kami dan masih meraba-raba. Maka dari itu mohon teman-teman bisa kasih masukan agar nanti Mamahke ini benar-benar kerasa banget. Aku sendiri ingin tempatnya nanti nuansa Jogja banget. Pakai ornamen dan perabot kayu-kayu jati.”

Sejujurnya saya iri banget dengan ‘kemujuran’ yang dialami para selebriti Tanah Air tercinta ini. Selalu saja apa-apa bisnis yang mereka jalankan pasti laris manis. Sementara saya jualan buku Le Mannequin dan Pamaren Patah Hati saja sungguh gerilya dari subuh sampai subuh. *anggap saja begitu* Namun hasilnya ya gitu-gitu ajah. Jangankan pada antri pakai nomer antrian, sehari laku sepuluh biji saja alhamdulilah banget.

Pertanyaannya apa iya seorang Mini GK harus jadi selebriti dulu biar karya-karyanya laris manis dan subur sepanjang masa bagai lumut di kelembapan??
“Aku enggak ngerti gimana cara marketing kuliner,” Mbak Zaskia seolah-olah baru saja membaca apa yang  saya pikirkan. Mungkin batok kepala saya transparan hingga bisa terbaca dengan mudah.
“Aku konsultasi sama Irwansyah. Dan dia yang siap membantu marketing Mamahke. Jadi usaha ini kerjasama dengan Bella, Irwansyah, Zaskia Sungkar dan Teuku Wisnu.”

Tuhan, mungkin lain kali saya juga perlu join kerjasama dengan Mas Wisnu Nugroho, Kang Pepih, Mas Iskandar Zulkarnaen, lalu minta bantuan Abang Rizky Saragih dan Kak Kevinalegion biar karya yang saya ciptakan meledak-ledak di Bumi Pertiwi.


Antara Mamahke, Sate Klathak dan Bakpia


“Kenapa milihnya roti bukan soto, sate atau makanan berat lain karena....” Mas Hanung menjelaskan dengan semangat juang seorang owner, “karena aku kesulitan untuk mencari pencuci mulut jika selesai makan berat. Juga aku inginnya biarlah orang-orang seperti sediaka kala jika sate klathak ya ingatnya sama Pak (sebut nama), jika makan soto ingatnya sama (sebut nama).”

Dari sini dapat saya simpulkan bahwa Mamahke berdiri tidak untuk menyaingi macem kuliner yang sudah ada melainkan ikut mewarnai dan memberi alternatif aneka kuliner.

Harapan Mamahke

Seperti halnya sebuah hubungan, seseorang memutuskan untuk menjalin kasih dengan yang lain dengan harapan menemukan kebahagian hakiki. #tsah
Maka begitu pun dengan Mamahke, dari Mbak Zaskia saya mendengar bahwa Mamahke semoga bisa menjadi harapan baru bagi penduduk sekitar untuk mengais rejeki. “Bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi orang lain bagiku alhamdulilah banget,” tutur Mbak Zaskia berbinar-binar. “Belum kepikiran bagaimana nanti untung atau pendapatan Mamahke, berharap bisa bantu banyak orang.”
Beuh Mbak Zaskia nanti kalau butuh media patner atau bloger atau hanya sekedar model cakep boleh lho kontak saya di @minigeka atau www.minigeka.com  pasti dengan senang hati akan saya tindaklanjuti.


Kata mereka tentang oleh-oleh khas....

Karena saya ini orangnya sangat-sangat selo bertolak belakang sekali dengan hati saya yang super riuh penuh keributan ngalah-ngalahin suporter bola, anggap yang ini serius, maka sebelum bobok pada suatu malam yang syahdu saya bertanya pada beberapa temen-teman melalui chat WA. Begini pertanyaan saya;

Teman-teman, apa sih yang ada di benak kalian ketika seorang selebriti tiba-tiba buka usaha kuliner di daerah (bukan ibu kota) lalu memberi embel-embel ‘kuliner khas daerah....’

Sebelum benar-benar terbawa mimpi, saya menerima beberapa jawaban:

“Seleb mah bebasss, mau bikin kripik krupuk, salep, sampo gambarnya mereka mah sekarang bebas. Kalau pakai gambar kita malah nista.” *padahal saya udah siap lho jadi model sabun colek*
“Menurutut  selebriti bisnis kuliner sah-sah saja. Tapi ya kalau beneran khas daerah situ ya gak apa-apa, Beb. Yang jadi masalah kalau sebenarnya makanan bukan khas daerah situ tapi mereka memposisikan diri sebagai oleh-oleh wajib daerah situ.” *saya semakin nggak sabar mendadak jadi artis top biar apa apa sah*
“Berarti artisnya ‘mletik’ itu. Artisnya mampu mencari peluang dibalik ‘khas’ itu tadi. Kenapa kita enggak mencontoh mereka? Misal truk kita ditempeli stiker produk lokal Gunungkidul. Di satu sisi menghasilkan pendapatan buat kita disisi lain Gunungkidul makin mendapat nama di mana-mana.”
“Kalau aku sih biasa saja, Min. Karena aku enggak mengidolakan selebriti dan enggak nonton sinetron apalagi infotaiment.” *mungkin sesekali kamu perlu deh kenalan sama aku yang artis lokal ini, beuh*  
“Mereka itu bikin usaha kuliner kompakan lho.” *sebenarnya jawaban di sini nyebut nama nama dan merk tapi sengaja tidak ditampilkan demi kenyamanan perut saya yang akan mendadak lapar*
“Kalau kulinernya memang khasnya situ sih enggak apa-apa namun jangan diada-adain. Nanti jadi aneh.”
“Kalau buat aku enggak apa-apa. Wong usaha-usaha dia kok. Ngapain kita yang ribut ngrecoki.”
“Bagus dong. berarti selebritinya punya pandangan lebih. Mau usaha dan mau memberi pekerjaan ke orang lain.”

Ada beberapa lagi jawaban namun belum sempat saya tuliskan alasan utamanya karena obrolan itu melebar bukan menjawab pertanyaan yang saya lempar melainkan justru membahas aneka makanan yang sudah barang tentu membuat lidah saya kehilangan kendali dan gigi gemeretuk ingin mengunyah sesuatu. Semoga tidak khilaf.

Titip pesan buat Mas Hanung dan Mbak Zaskia, itu jawaban teman-teman saya monggo dipelototi, kalau butuh kontak mereka lewat saya saja dijamin lancar.


Selamat untuk pembukaan Mamahke esok 20 Mei 2017, jangan lupa saya Mini GK #gadisAnggun teman perjalanan yang bisa dikontak sewaktu-waktu untuk sekedar diajak mencicipi kue dan menikmati secangkir teh madu. #sedap

0 comments:

Buku

Merayakan Kemeriahan Seperempat Abad

5/09/2017 11:55:00 am Mini GK 0 Comments


Penulis Novel

Judul : 25; Tuhan, Aku Tidak Ingin Membenci Matahari
Penulis : Inggy Ami
Penyunting : Ambra
Penerbit : Senja
Tahun terbit : 2016
ISBN : 9786023910564


Resensi Novel



Umumnya seseorang yang menginjak usia seperempat abad akan dikatakan dewasa. Tidak ada lagi sifat kekanak-kanakan mau pun manja tidak pada tempatnya. Seseorang yang sudah berusia jelang 25 selalu dianggap sudah sanggup memikul banyak tanggung jawab pula dianggap mampu mengayomi lainnya yang lebih muda serta bisa menjaga mereka yang lebih tua; orang tua mau pun keluarga yang lain.
Bagi seorang perempuan, usia 25 berarti usia matang untuk melangkah ke jenjang berikutnya, hidup berumah tangga. Menjadi istri dan ibu muda.

Harusnya demikian pula yang dialami oleh Yasha. Dia adalah seorang perempuan yang baru saja memasuki gerbang 25 tahun hidupnya. Banyak harapan harapan dari orang dekat yang disematkan padanya. Semisal segera lulus dan menikah. Masalahnya, Yasha bukanlah perempuan yang berprinsip seperti kebanyakan perempuan yang mengidamkan segera nikah cepat.

Ia bahkan masih keteteran menyelesaikan tugas akhir kampusnya. Harusnya ia sudah diwisuda dan menjadi seorang arsitek jika lebih giat berusaha. Sayangnya tidak demikian. Kuliahnya molor panjang. Bahkan lebih dari waktu yang seharusnya. 

Jangankan untuk menikah cepat, meski orang tua memintanya demikian, bahkan lelaki yang disukainya sejak SMP menolaknya.

Banyaknya pikiran yang sering dia pikul membuat dirinya menderita semacam insomnia akut. Sering dia pergi ke klinik untuk minta sekedar obat tidur atau penenang. Sayangnya sang dokter yang didatanginya selalu menolak untuk memberikan apa yang diminta. Justru sangat dokter, Arman namanya, memberi solusi agar Yasha jatuh cinta pada orang yang tepat. Konon menurut Arman, jatuh cinta itulah satu satunya jalan untuk menyembuhkan Insomnia yang diderita Yasha. Masuk diakal sih, karena biasanya orang yang jatuh cinta pikirannya akan bahagia dan selalu berpikiran positif.

Selain skripsi yang tidak juga kelar, gelar sarjana yang seakan masih sangat jauh, desakan untuk segera nikah, juga insomnia akut, hidup Yasha semakin pelik dengan kehadiran nenek satu satunya yang mengidamkan demensia. Bagi Lilis, ibu Yasha, kehadiran nenek di Jogja adalah sebuah anugrah. Lilis merasa inilah saatnya berbakti kepada orang tua. Mengurus ibu kandung dengan sebaiknya meski sering sang ibu ngamuk karena penyakitnya. 

Nenek sering tidak sadar dirinya siapa dan sedang di mana. Hal ini membuat Yasha pusing. Sering tanpa alasan nenek marah-marah pada Yasha. Sesekali bahkan main kasar, membuat Yasha ngambek dan memilih kabur dari rumah. Beruntung Lilis sangat telaten mengurus nenek dan juga memberi nasehat pada Yasha.
Taman adalah dokter baik. Dia juga kenal dengan keluarga Yasha. Sering dia datang untuk.menjenguk ibu dan nenek Yasha. Ini bukan tanpa alasan. Arman sebenarnya sudah sejak lama suka sama Yasha. Bahkan sering dia terang-terangan mengajak Yasha nikah. Masalahnya Yasha tidak semudah itu menerimanya. Sepuluh kali Arman melamar Yasha, sepuluh kali pula Yasha menolaknya. Namun Arman tidak menyerah. Ia masih baik dan bahkan semakin sering datang ke rumah karena nenek ternyata nurut jika sama Arman. Membuat Yasha jengah.

Yasha bukannya tidak mau nikah. Dia mau namun dia juga tidak tahu harus nikah dengan siapa. Taman? Ia tidak cinta dengan laki-laki itu. Sejujurnya ia memilih Zain, sayangnya memilih bukan berarti balik dipilih. Karena Zain justru menikah dengan Shayla.

Di usia 25 tahun, Yasha berdoa sungguh-sungguh agar kuliahnya lekas kelar. Ia sudah ingin menjadi arsitek sesungguhnya. Ia juga berharap agar penyakit nenek segera sembuh atau minimal nenek bersikap baik dan tidak merepotkan. Yasha perlahan mulai berubah menjadi dewasa. Tidak lagi memusuhi nenek dan membantu ibu menjaga nenek. Mungkin karena sifat baik Yasha inilah akhirnya nenek semakin bahagia dan tidak lagi ngamuk.

Tanpa disangka, sekian kali ditolak, Arman masih kokoh dengan niatnya untuk meminang Yasha. Pada suatu hari Arman bilang kalau dia akan menunggu sampai Yasha bersedia. Entah kapan itu waktunya. Dengan tekad Arman yang sedemikian kuat, perlahan Yasha pun luluh.

Mini GK, novelis asli Gunungkidul. Alumni Kampus Fiksi.

0 comments:

kedai kopi,

Mencicipi Pizza dari Olahan Nasi

5/05/2017 06:02:00 pm Mini GK 1 Comments

Unlock Coffeeshop

Jujur saya sangat minim refrensi tempat ngumpul asyik. Okey, saya mengaku, saya bukan orang gaul yang rajin-rajin ngafe, jalan sana sini, nongkrong dari sore sampai malam atau malam ke pagi. Saya hanya perempuan biasa yang berharap bisa memindahkan bulan ke dalam botol kaca. #tsah
Nah karena minimnya pengalaman tersebut maka setiap ditanya dimana tempat buat ketemuan atau kumpul, saya mentok menjawab perpustakaan, toko buku dan kedai kopi. Untuk satu dua tiga kali pertemuan tidak apa-apa, namun kalau sering-sering ternyata menjemukan juga. Banyak temen yang minta pindah tempat, utamanya mereka yang dari luar kota atau mereka yang tidak begitu suka buku namun saya paksa ketemu di perpustakaan.
Kalau ke kedai kopi maka yang terjadi hanyalah itu-itu saja, pesan kopi dan cemilan yang seadanya lalu ngobrol lalu usai. Biasa tidak berkesan. Mentok lihat barista sedang mengolah kopi.
Karena saya orangnya kadang bosenan dan ingin menjajal hal baru meski ngakunya bukan orang gaul, saya kegirangan dan langsung meng-iya-kan ajakan temen-temen Kompasiana untuk kumpul di Unlock Coffeeshop. Saya sudah iya-iya aja padahal belum tahu alamat Unlock itu di mana. Jangankan alamat, dengar nama coffeeshop satu itu aja baru baru ini.


Kedai Kopi

Coffeeshop tempat kumpul dan bermain
Di Jalan Palangan Tentara Pelajar (utara hotel Alana) Unlock coffeeshop berdiri. Bangunannya menjulang karena ternyata ada beberapa lantai yang ternyata lantai atasnya merupakan ruang bermain, escape room. Saya sudah kegirangan aja merasa ingin diajak main di sana namun ternyata tidak. Ya sudahlah yang penting makan.
Pertama kali masuk Unlock Coffeeshop yang saya temui adalah keramahan mbak-mbak kasir yang membukakan pintu. Lalu ruangan kafe yang modern dan fotoable banget. Saya meyakinkan diri bakal betah lama-lama di tempat ini dengan suasana nyaman dan penuh dengan aroma kopi. Saya yakin seandainya saya datang dengan teman-teman dari luar kota, mereka juga akan setuju kalau tempat ini memang nyaman untuk berkumpul dan diskusi (diskusi apa saja).
Di sofa sudah ada manager kafe dan beberapa teman yang datang lebih awal. Saya disambut lagi dengan senyum dan jabat tangan hangat. Inilah yang saya sukai dari sebuah pelayanan restoran/ kafe, disambut dengan hangat.
Selain sofa, lukisan dan meja yang cantik, mata saya juga disuguhi aneka buku-buku, mainan yang bisa dimainkan dan jajaran biji kopi yang dipajang dalam plastik-plastik.
“Sambil menunggu pesanan pengunjung bisa baca buku atau memainkan mainan yang sudah kami sediakan. Unlock punya tagline lets eat, play and drink. Makan bermain dan minum semua bisa dilakukan di sini,” kata Om Andhika yang menemani saya melihat-lihat aneka kopi yang sengaja dipamerkan.
“Biar semakin seru dan betah di sini.”
Saya tergelak dengan ucapan beliau. Betapa tahu banget kalau pengunjung memang butuh permainan (selain makan dan minum).
Saat yang lain asyik foto dan melihat aneka kegiatan di meja barista, saya lebih memilih menyingkir ke kasir dan bertanya hal-hal remeh kepada mbak-mbak yang ramah.
“Kak misal mau booking tempat ini untuk pesta bisa?” saya sok-sokan mau ulangtahun gitu ceritanya.
“Iya, bisa banget. Kami bisa dipakai untuk acara ulang tahun dan lain-lain.”
“Berapa kapasitasnya, Kak?”
“Sekitar 30 sampai 50 orang.”
Dalam hati saya membatin, wah lumayan kalau pesta ulangtahun di tempat ini bisa ngundang tetangga satu RT. Ya kan sekali-kali ngajakin tetangga main ke kafe yang nggak hanya jualan kopi doang kan bisa.
“Kak ini bisa delivery order?”
“Bisa dengan go-jek.” (wah si mbaknya nyebut merk lain)
Setelah ngobrol tidak terlalu penting itu saya kembali ke sofa menatap aneka makanan dan minuman yang tersaji. Saya agak-agak bingung dengan makanan yang terhidang. Bingung karenan banyak dan enggak mudeng itu jenis makanan apa. Bentuknya memukau, sepertinya mengenyangkan namun terasa asing.


Rice Pizza, Spagheti Aglio Olio dan tradisi kembulan
Saya manggut-manggut ketika mendapat pengantar tentang makanan apa yang akan masuk ke dalam perut. Ternyata yang rada aneh dalam wajan dan menarik perhatian saya sejak tadi adalah pizza. Lebih tepatnya rice pizza. Nasi? Iya beneran nasi dan ini subhanallah membuat saya kenyang setelah nambah beberapa potong soalnya enak banget.
Saya bukan pecinta pizza ingat itu, namun saya suka-suka aja pas tahu ada pizza dari nasi. Enak gilak.
Ketika saya tanya kenapa nasi, pizza nasi, terjawablah bahwa ide rice pizza ini awalnya hadir untuk memenuhi selera orang-orang Yogyakarta yang konon belum kenyang jika belum bertemu nasi. Mau makan kentang atau roti satu truk jika belum ketemu nasi ya belum kenyang. Sama bener dengan perut saya. Karena Unlock mengusung gaya western maka dibuatlah si nasi itu menjadi kebarat-baratan yaitu berubah wujud yang biasanya nasi goreng menjadi pizza. This is lezatoooo. Saya mau lagi dan lagi.
Selain pizza nasi aan juga spagheti dengan bumbu sambal matah. Sama dengan pizza, saya juga tidak terlalu doyang spagheti, bumbunya harus yang unik biar doyan. Spagheti aglio yang sering saya makan tidak pernah dengan bumbu sambal matah jadi pas di Unlock dicobain dengan sambal matah duh saya jadi ingat ibu hamil teman saya yang ngidam makanan pedas. Ini pedasnya nendang banget. Saya karena tidak terlalu doyan pedas hanya mencicip beberapa sendok. Sebagai gantinya saya lebih memilih menguasai rice pizza sama baked potato.
Dua menu itu (rice pizza dan spagheti sambal matah) yang membuat Unlock coffeeshop beda dengan coffeeshop lainnya dan layak untuk dikunjungi. Karena jarang-jarang ada coffeeshop yang juga menyediakan menu makanan berat. Kebanyakan kedai kopi ya hanya menyediakan olahan kopi dan kue kue atau cemilan yang sudah sangat kita kenal dan sering cicipi.
Oh iya, usahakan kalau main ke Unlock Coffeeshop jangan sendirian. Karena ternyata bareng-bareng lebih enak, bisa milih menu dengan sistem kembulan. Makan rame-rame di atas daun pisang. Persis seperti makanan anak-anak di pesantren atau asrama.
Ini konsep yang lagi happening banget belakangan ini. Saya suka dengan konsep seperti ini, jadi berasa banget kekeluargaan dan kekompakannya. Juga bisa semakin ngerti satu dan lain, misal enggak doyan apa atau paling seneng apa. Lebih menyenangkan lagi menu kembulan ini bisa dipesan sesuai permintaan.
Enggak apa-apa kalau datang bersepuluh namun cuma pesen untuk delapan orang. Hebat kan, kan, kan.
Anak kekinian harusnya nyoba yang ginian. Habis makan bareng-bareng lalu main WW.


Kopi-kopi Unlock Coffeeshop
Namanya juga coffeeshop ya pasti wajib ada kopi dong. yang beda dari coffeeshop lainnya, di sini kita akan berjumpa dengan kopi-kopi terbaik dari Temanggung. Hanya kopi terbaik dan asli Temanggung. Untuk sementara kalau mau cari kopi dari daerah lain, ya maaf banget di sini tidak menyediakan.

Ada alasan kenapa hanya menyediakan kopi Temanggung, yaitu untuk memilih kopi unggulan. Pihak Unlock  turun tangan sendiri dari mulai pemetikan biji kopi, pemilihan biji kopi terbaik, pengeringan, hingga roasting. Jadi kopi yang dipilih benar-benar kopi terbaik dari kumpulan yang baik.
“Kami sengaja melakukannya karena menginginkan kopi yang benar-benar kopi. Tidak sembarangan kopi. Bahkan untuk kopi luwak, kami mengambil yang ada di alam liar bukan luwak yang ada di penangkaran. Kami punya petani kopi sendiri yang sudah bekerjasama sejak lama. Kebetulan Bos dari Unlock sering melakukan perjalanan jadi lewat perjalanan itulah konsep kopi ini tercipta.”
Penjelasan dari mas-masnya cukup membuat saya yakin dan tersentuh.
Saya baru tahu juga kalau ternyata kopi-kopi yang ada di sini jenis kopi arabika. Sebutan arabika ini biasanya ditujukan untuk kopi-kopi yang ditanam di atas ketinggian........ Ya bayangin aja gimana lelahnya untuk mencapai tempat itu dan betapa sejuknya berada di ketinggian demikian. So, so, so deh untuk kopinya, saya suka. Tingkat keasaman seperti biasa bisa direquest ke mas-mas barista.

Tinggal sendiri

Saya masih duduk di sofa hampir sejam setelah teman-teman balik. Pelayan ramah menemani saya bercakap-cakap. Aura-aura Unlock memang sayang untuk dinikmati hanya sejenak, butuh waktu lama dan usahakan bareng-bareng biar enggak berasa jadi orang galau yang kebingungan makan pizza nasi.

1 comments:

Buku,

Bernard Batubara Curhat Cinta dan Mantan

5/03/2017 06:24:00 pm Mini GK 0 Comments



Luka Dalam Bara

Perkenalan saya dengan Bara sudah terjadi jauh hari sebelum Luka Dalam Bara terbit. Bukan sebuah info penting sih, cuma mau bilang aja kalau sudah kenal Bara lama. #halah
Enggak penting sih Bara kenal saya atau tidak, tapi bagi saya bisa ketemu Bara menjadi sesuatu yang penting.

Sejak novelnya yang berjudul Radio Galau FM difilmkan, pria cancer itu semakin banyak dikenal umum. Hampir semua anak kekinian pasti kenal dengan dia. Semakin terkenal setelah novel berikutnya, Janji Hati kembali difilmkan.
Jujur saya iri dengan pria satu ini. Iri yang gregetan gitu, ingin juga bernasib sama atau setidaknya lebih dari dia.

Buku-buku Bara boleh dibilang selalu laku. Apa pun yang dia tulis pasti membuat banyak orang ingin memilikinya. Kali ini bersama penerbit NOURA, Bara menerbitkan buku baru berjudul Luka Dalam Bara.

Buku apakah itu? Mungkinkah semua kesakitan yang Bara rasakan?
Kali ini saya boleh sedikit sombong karena saya punya kesempatan untuk ikut launching dan bedah buku langsung bareng Bara.

Mini GK dan Bara

Karena saya merasa bukan bagian orang penting dalam hidup Bara, duh kenapa pula saya bicara demikian? maka saya tidak merasa sedih saat Bara bilang jika buku barunya yaitu LUKA DALAM BARA ditulis untuk dan dengan semangat mengenang sang mantan. itu lho perempuan yang tempo lalu membuat Bara sedemikian baper sampai posting banyak hal galau di media sosial.

Bara dan yang beruntung dinner bareng di cafe no.20

Penulis Perempuan 

Penulis Indonesia

Panggung Utama

Bernard Batubara Novel

0 comments:

Forum Aktor Yogyakarta,

Cantik Sejati atau Sekedar Sandiwara?

5/01/2017 07:53:00 pm Mini GK 0 Comments


Sulamin Bibir Saya, dong!

Percakapan pada suatu hari...

“Mbak, alisnya mau dirapikan?”
Sebuah pertanyaan muncul dari mbak-mbak klinik kecantikan saat saya pertama kali mencoba facial di sana. Pertanyaan serupa sering saya terima, sering, bahkan bisa dipastikan setiap saya didandani (entah untuk pager ayu atau yang lain) periasnya bertanya demikian.
“Enggak.” Ini menjadi jawaban ampuh dari mulut saya. Semakin sering orang ingin merapikan alis saya maka semakin kuat saya untuk menolaknya.
Alis saya memang tidak serupa ulat bulu, ia hanya selarik hitam yang samar-samar, tidak begitu rapi atau pun lebat. Tapi saya menyukainya apa adanya. #halah

Forum Aktor Yogyakarta

Drama Kecantikan
Pengetahuan saya tentang kecantikan sangat minim. Saya perempuan yang jarang mengikuti perkembangan zaman. Apa yang saya rasa nyaman maka itu yang saya pertahankan. Apa pun bentuknya saya masih menyukai apa-apa yang membuat saya nyaman.
Masalahnya ternyata tidak simpel. Hidup butuh orang lain. Butuh berkelompok, bersosial saling mendengarkan, memberi dan menerima masukan. Hingga sampailah saya pada kesimpulan bahwa cantik itu tidak semata-mata hadir dari pandangan diri sendiri tapi melibatkan orang lain.
“Cantik itu bukan hanya wajah yang bersinar tapi juga hati yang lapang penuh kebijakan.”
Well, sering ya dengar obrolan seperti itu? Lalu benarkah seperti itu?
Saya pikir iya kecantikan dari dalam hati lebih utama. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau cantik fisik juga sangat berpengaruh besar dalam kehidupan. Sebagai contoh; perempuan-perempuan dengan fisik berkilau kadangkala lebih gampang mendapatkan pasangan atau kerjaan dibanding dengan perempuan dengan fisik jauh dari kata berkilau. Padahal belum tentu perempuan berfisik berkilau itu punya kecerdasan lebih dibanding perempuan berfisik jauh dari harapan. #duhmuter
Di sinilah drama-drama kecantikan mulai bergentayangan. Menghantui bahkan tidak jarak meneror. Entah bermula dari mana, pokoknya cantik fisik menjadi sesuatu yang dielu-elukan banyak orang. Pun yang terjadi dalam hari-hari saya. Puluhan tahun saya ini tidak membiasakan diri dengan pulasan gincu mau pun percikan parfum. Namun begitu masuk ke lingkungan lebih luas dengan teman-teman lebih banyak dari segala bidang, mau tidak mau saya harus ke kasir untuk menukar rupiah dengan sebatang ginju, bedak, minyak wangi dan kadang kala pensil alis. Saya termakan kata-kata mereka yang bilang bahwa perempuan akan lebih terlihat jika berdandan.
Tidak hanya masalah dandanan, urusan berat badan juga menjadi obrolan serius menyangkut sebuah definisi kecantikan. Diet ketat dan olahraga keras menjadi salah satu cara yang ditempuh banyak orang untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal.
Terus terang saya termasuk yang mengagumi orang-orang dengan bentuk badan ideal ini. Meski yang saya maksud ideal kadang kala tidak sesuai dengan harapan orang-orang. Bagi saya ideal itu enak dilihat, enggak ngebosenin dan bisa membuat teringat sepanjang waktu. #duhdek
Selain masalah wajah, bentuk badan juga ada hal lain yang membuat kecantikan itu menjadi bahan kajian yang tak akan berkesudahan yaitu tentang lingkar dada, perut dan bokong. Yang ini sungguh membuat saya pusing. Selalu saja ada alasan orang untuk mencari celah (kurang) dari definisi kecantikan tersebut.
Cantik memang terlalu drama. Selalu menjadi polemik diantara kesemrawutan hidup yang lain. Drama kecantikan saya pikir tidak akan pernah menemui kata tamat.

Sulamin Bibir Saya, dong!
Pengetahuan saya tentang drama, teater, dunia panggung sangatlah minim. Seminim pengetahuan saya tentang kecantikan. Namun Jumat malam (21/04/2017) kemarin menjadi salah satu malam yang sulit untuk dilupakan.
Seorang kawan dari Forum Aktor Yogyakarta (FAY) mengontak saya jauh hari untuk ikut melihat pertunjukan teater mereka. Sudah saya bilang bahwa pemahaman saya tentang teater sangat buruk meski di SMP dulu saya juga gabung grup teater, namun teman tersebut tetap mengajak saya dengan alasan agar ada masukan atau review dari seorang awam teater. Dan okey, saya pun datang dengan senang hati lebih-lebih saat tahu bahwa pementasan teater itu menyinggung tentang perempuan dan kecantikan. Lalu abaikan bahwa di FAY ada kakak tamvan yang saya idolakan.
Saya baru tahu ternyata pertunjukan teater dengan judul Sulamin Bibir Saya, dong! ini awalnya berawal dari obrolan perempuan-perempuan yang ada dalam FAY tentang mitos kecantikan. Lalu dilakukanlah riset panjang hampir satu tahun. Mulai dari membaca buku riset pustaka hingga terjun ke lapangan langsung berhadapan dengan tokoh-tokoh yang berpengaruh utamanya dalam dunia kecantikan.
Butuh banyak sumber guna meminimalisir adanya judgement ‘benar’ atau ‘salah’ dari pola pikir setiap individu tentang definisi cantik. Karena setiap orang punya penilaian sendiri tentang cantik, dan tidak boleh seorang yang lain menyalahkan atau membenarkannya. Seperti yang di awal saya bilang; cantik itu penuh drama, dia tidak mudah, rumit dan akan sukar menemukan kata tamat.


Teater dan Penonton
Saya merasa kurang saat para pemain berkumpul di depan penonton dan membungkuk memberi salam hormat yang artinya penampilan mereka telah usai. Saya kecewa pada detik ini.
Saya masih berharap ada kelanjutan dari pertunjukannya.
Seperti saya bilang, saya tidak terlalu paham dan jarang nonton teater, tapi kali ini saya merasa bahagia sejak pertama berdiri di depan pintu teater menunggu pintu di buka.
Teater Sulamin Bibir Saya, dong! dikonsep serupa talkshow sebuat televisi. Ada studio, pembawa acara, co-host, bintang tamu, kru, produser pelaksana dan penonton. Ya sekali lagi penonton, kami yang menonton dalam studio juga dilibatkan langsung dalam drama.
Ini baru pertama kalinya saya mengalami. Okey, saya memang beberapa kali melihat pertunjukan dari FAY namun baru kali ini ikut terlibat main meski hanya seolah-olah jadi penonton bayaran di deretan penonton. Tidak apa, saya bahagia dan cukup puas.
Saya kagum dengan akting para pemainnya. Sebetulnya saya juga takjub dengan pemilihan tema mereka tentang perempuan dan kecantikan tepat di hari Kartini.
Urusan panggung, ya sudah tidak usah diragukan lagi, tim artistiknya sudah bekerja dengan sempurna. Panggung LIP yang begitu adanya bisa disulap bimsalabim menjadi studio televisi nasional. Ini kreatif sekali. Masalah pencahayaan dan properti; saya tidak tahu harus komentar apa karena bagi saya ini sudah hidup.
Para aktor dan aktris bermain dengan penuh penjiwaan. Saya pernah melihat mereka dengan bergaya sebagai tokoh lain di drama lain dan itu benar terlihat perbedaannya. Mereka benar-banar menguasai peran meski saya tahu bahwa mereka baru mulai latihan sejak akhir Desember lalu.
Yang sedikit mengganjal bagi saya adalah ending dari cerita. Saya masih berharap Sara Medina punya konflik lain setelah bermanis-manis dengan ibunya. Atau mungkin si Adelia Zara dan Katrina Sulistyawati, sungguh saya berharap konflik keduanya semakin memanas dan sedikit membuat keributan di studio.

Perempuan dan cantik
Saya berterima kasih sudah diundang untuk menyaksikan teater Sulamin Bibir Saya, dong! dimana ini merupakan ruang untuk mengungkapkan kecantikan dalam berbagai versi. Tidak ada yang salah dan benar itulah cantik.
Perempuan hidup dan berproses membangun identitas secara berkesinambungan. Termasuk mengenai bagaimana perempuan menjadi cantik dan mengapa dinilai cantik oleh orang lain.
Terima kasih kepada Nesia P. Amarasthi selaku sutrada yang sudah mau saya wawancarai di akhir acara. Juga terima kasih berat kepada pimpinan produksi Kakak Ita Yunita yang sudah memberi kesempatan pada saya untuk nonton dan dapat barisan depan. Yeah, menang banyak.
Sebagai #gadisaAnggun teman perjalanan buku dan kamu, saya mendapat banyak pemahaman baru lewat pertunjukan Sulamin Bibir Saya, dong! tidak hanya konsep cantik namun tentang kebaikan, perempuan, keluarga dan ambisi.
Jangan pernah meremehkan perempuan.
“Jangan berkata kasar. Jangan menyakiti orang lain terutama sesama perempuan,” pesan ini meluncur dari bibir Ibu Elma untuk anaknya Sara Medina, dialog tengah malam di rumah Sara Medina sesaat sebelum kecupan hari Kartini mendarat dari anak untuk ibunya.


0 comments: