perjalanan
Emak saya adalah perempuan paling segalanya. Sampai hari ini beliau masih terus berjuang untuk saya, saya yang tidak mengerti apa apa ini.
Pernah suatu hari emak beli susu kaleng hanya karena tidak ingin melihat saya (yang bukan lagi bocah) tumbang.
Saya tidak pernah bisa menembus 'dunia' emak. Ada masa kami saling bersebrangan, bukan karena paksaan tapi karena saya yang sok merasa berkuasa padahal siapa saya ini (?). Emak tahu semua tentang saya (mungkin), meski kami bukan keluarga yang harmonis macem sinetron.
Emak membebaskan saya sekaligus 'mengekang'. Untuk yang ini ceritanya akan panjang dan menerbitkan banyak aroma, jadi kita lewati saja.
Emak bukan pecinta gula mau pun kue. Jika kamu mau berkunjung ke rumah, minggu depan (eh iya kapan berkunjung?) tak perlulah repot bawa ini itu. Kamu hanya cukup menyiapkan diri untuk dipertanyakan oleh tetangga, dan emak tentu saja.
Dua puluh tahun lalu saya tidak pernah punya bayangan akan seperti ini kehidupan yang saya jalani sekarang.
Sampai detik ini saya pun masih bertanya mau seperti apa dan sudah sampai mana?
Kalau sudah begitu ujungnya ditanyalah hal hal yang menjengkelkan itu. Halah.
Tapi saya bahagia saja. Karena perasaan bahagia membuat saya awet cantik. Hokya.
Dan anggap saja ini penampakan aura aura kecantikan saya meski diusia yang tak lagi muda.
23 Februari, tak ada lilin yang dipadamkan dengan sengaja. Biarkan saja dia menyala dan kelak padam oleh sebab yang lain.
Selamat ulang tahun Dedek Mini #gadisAnggun 😘
Pertanyaan Menanti Jawaban
Sebuah pertanyaan mendatangi saya, “hai berapa usiamu sekarang? Apa yang sudah kamu lakukan? Masihkah kamu berharap tentang sesuatu?”
Pertanyaan-pertanyaan
itu selalu datang di kehidupan saya. Tidak hari ini saja namun sudah berpuluh
tahun lalu dan celakanya saya belum bisa menjawab bahkan satu pertanyaan sekali
pun.
23 Februari selalu
menjadi hari yang ‘istimewa’ untuk saya. Semacam pengingat bahwa saya ini bukan
lagi anak kemarin sore yang hobi merengek pula menyadarkan saya bahwa saat ini
siapa diri ini?
Kalau ingin bercerita
tentang saya, maka hanya akan menjadi prosa panjang yang mungkin tidak akan ada
manfaatnya sama sekali. Bercerita tentang masa lalu saya pun tidak ada hal yang
menarik. Sementara jika mencoba menerka masa depan, sungguh bahkan saya sendiri
tidak tahu seperti apa. Membayangkan saja masih terasa abu-abu, bagaimana
mungkin berusaha untuk menggambarkan sketsa sketsanya.
Ternyata lebih mudah
menanti jodoh (yang tak lekas datang) dibanding menggambarkan
masa depan.
Tentang
Mencintai
Seorang yang baik
pernah berkata pada saya, “Kelak cintailah laki-laki yang bisa mencintai
dirinya sendiri. Bila laki-laki itu bisa mencintai dirinya sendiri maka dia
akan menjadi pendamping yang tepat untukmu.”
Saya harus mencerna
kalimat itu dengan kekuatan penuh. Harus ekstra sabar dan hati-hati. Kadang,
otak saya yang kecil ini sulit untuk menerima hal-hal yang filsuf. Mengandalkan
hati pun kadang tidak cukup mengingat betapa hati ini sering melow tidak jelas
dan sering sok berkuasa.
23
Februari, Gadis Anggun
Ini Kamis
bersejarah bagi saya. Sekian puluh tahun lalu tepat di hari Kamis emak
bertarung nyawa untuk saya. Saya tidak tahu segenting apa hari itu. Namun saya
selalu yakin hari itu penuh dengan doa doa.
Emak saya adalah perempuan paling segalanya. Sampai hari ini beliau masih terus berjuang untuk saya, saya yang tidak mengerti apa apa ini.
Pernah suatu hari emak beli susu kaleng hanya karena tidak ingin melihat saya (yang bukan lagi bocah) tumbang.
Saya tidak pernah bisa menembus 'dunia' emak. Ada masa kami saling bersebrangan, bukan karena paksaan tapi karena saya yang sok merasa berkuasa padahal siapa saya ini (?). Emak tahu semua tentang saya (mungkin), meski kami bukan keluarga yang harmonis macem sinetron.
Emak membebaskan saya sekaligus 'mengekang'. Untuk yang ini ceritanya akan panjang dan menerbitkan banyak aroma, jadi kita lewati saja.
Emak bukan pecinta gula mau pun kue. Jika kamu mau berkunjung ke rumah, minggu depan (eh iya kapan berkunjung?) tak perlulah repot bawa ini itu. Kamu hanya cukup menyiapkan diri untuk dipertanyakan oleh tetangga, dan emak tentu saja.
Dua puluh tahun lalu saya tidak pernah punya bayangan akan seperti ini kehidupan yang saya jalani sekarang.
Sampai detik ini saya pun masih bertanya mau seperti apa dan sudah sampai mana?
Kalau jenuh, emak adalah pelarian yang tepat. Saya akan bertanya, "mak sayang aku gak?" Lalu emak akan menjawab dengan mengelus-elus, "gustialah, nek ora sayang opo gelem nggedekke nganti sak mene? sayang. tak gendong. tak dulang. aku ki sayang sayang. terangane sak iki wes tuwo." Emak enggak nyebut dewasa tapi tuwo 😐
Kalau sudah begitu ujungnya ditanyalah hal hal yang menjengkelkan itu. Halah.
Tapi saya bahagia saja. Karena perasaan bahagia membuat saya awet cantik. Hokya.
Dan anggap saja ini penampakan aura aura kecantikan saya meski diusia yang tak lagi muda.
23 Februari, tak ada lilin yang dipadamkan dengan sengaja. Biarkan saja dia menyala dan kelak padam oleh sebab yang lain.
Selamat ulang tahun Dedek Mini #gadisAnggun 😘
1 comments: